JENIS-JENIS PUISI LAMA INDONESIA
1. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran,sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi dan bersajak ab-ab. Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi:
a) Pantun anak-anak, terbagi menjadi:
• Pantun anak-anak jenaka
Contoh:
Sungguh elok asam belimbing
Tumbuh dekat limau lunga
Sungguh elok bebibir sumbing
Walaupun marah tertawa juga
• Pantun anak kedukaan
Contoh:
Senagin lauk rang tiku
Diatur dengan duri pandan
Menangis anak duduk di depan pintu
Melihat ayah pergi berjalan
• Pantun anak teka-teki
Contoh:
Taruhlah puan diaatas pati
Benang sutra dilipat jangan
Kalau tuan bijak lestari
Binatang apa susu delapan
b) Pantun muda-mudi, terbagi menjadi:
• Pantun muda-mudi kejenakaan
Contoh:
Ya Illahi Tuhanku Robbi
Kayu yang rendah menjadi tinggi
Selama kucing tidak bergigi
Tikus tiada sopan lagi
• Pantun muda-mudi dagang
Contoh:
Seanggit paku lembayung
Gelinggang ada di bawa pundak
Menangis merengkuh dayung
Hendak pulang tak beremas lagi
• Pantun muda-mudi cinta-kasih
Contoh:
Berlayar masuk muara kedah
Patah tiang timpa kemudi
Sekuntum bunga terlalu indah
Sekalian sumbang asyik berani
• Pantun muda-mudi ejekan
Contoh:
Laksamana berbaju besi
Masuk ke hutan memotong rotan
Tuan laksana lembu kasi
Gelak sahaya tidak melawan
c) Pantun tua, terbagi menjadi:
• Pantun tua kiasan
Contoh:
Tingkap papan kayu persegi
Riga-riga di pulau angsa
Indah tampan karena budi
Tinggi bangsa karena basa
• Pantun tua nasihat
Contoh:
Berburu ke padang datar
Dapat rusa belang kaki
Kalau berburu kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi
• Pantun tua adat
Contoh:
Berek-berek turun ke bumi
Dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
Dari mamak turun ke bumi
• Pantun tua agama
Contoh:
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tak sembahyang
• Pantun tua dagang
Contoh:
Hari gelap jangan bingung
Niscaya kita cepat tidur
Jangan alpa panjatkan syukur
2. Talibun
Talibun merupakan pantun yang jumlah baris setiap baitnya lebih dari empat, jumlah baris kalimat setiap baitnya selalu berjumlah genap atau kelipatan genap (enam, delapan, dan seterusnya). Misalnya, jika dalam satu bait ada enam baris, maka tiga baris pertama adalah sampiran dan tiga baris berikutnya adalah isi.
Contoh:
Mendaki bukit tempurung
Menurun ke yanjung lalang
Membawa rotan dua lembar
Kami mendengar berita burung
Bunga larangan sudah hilang
Kumbang mana yang mengambilnya
3. Seloka atau pantun berbingkai
Seloka adalah pantun yang kalimat atau baris kedua dan keempat pada bait sebelumnya diulang kembali menjadi kalimat atau baris kesatu dan kedua pada bait berikutnya.
Contoh:
Seganda gugur di halaman
Daun melayang masuk kulah
Dengan adinda minta berkenalan
Rindunya bukan ulah-ulah
Daun melayang masuk kulah
Batang berangan di tepi paya
Rindunya bukan ulah-ulah
Jangan tuan tidak percaya
4. Gurindam atau sajak dua seuntai
Gurindam adalah puisi lama yang mengandung nasihat, bersifat mendidik yang terdiri atas dua baris setiap baitnya dan bersajak a-a. Baris pertama merupakan syarat yang menyatakan pikiran atau peristiwa, sedangkan baris kedua menyatakan keterangan atau penjelasan dari baris pertama.
Contoh:
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah dia dunia mudarat
(Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji pasal 9)
5. Syair
Syair termasuk jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris dalam satu bait, bersajak aa-aa yang setiap baris merupakan isi.
Contoh:
Sengsara gerangan takdirnya untung
Sebagai nasib si bunga betung
Hanyut di sungai terkatung-katung
Diejekkan kera dan lutung
6. Mantera
Mantera adalah karya sastra lama yang berisikan puji-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau dikeramatkan, seperti dewa-dewa, roh-roh, binatang-binaang, atau Tuhan. Biasanya mantera diucapkan oleh pawing atau dukun pada saat mengadakan upacara keagamaan.
Contoh:
Hai Tok Mambang Putih, Tok Mambang Hitam,
Yang diam di bulan dan matahari,
Melimpahkan sekalian alam asalnya pawing,
Menyampaikan sekalian hajatku,
Melakuakna kehendakku,
Assalamualaikum!
7. Masnawi
Masnawi adalah puisi Arab yang berisi puji-pujian tentang tingkah laku seseorang yang mulia.
Contoh:
UMAR
Umar yang paling adil dengan perinya
Nyatalah pun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah yang benar dan sungguh
Dengan bedah antara isi alam
Ialah yang besar pada siang malam
Lagipula yang menjauhkan segala syar
Imamullah di dalam padang mahsyar
Barang yang hak Ta’ala katakana itu
Maka katanya yang sebenarnya begitu
8. Ruba’I
Ruba’I adalah puisi Arab yang berisikan hal-hal yang berhubungan dengan nasihat-nasihat bersifat pemujaan.
Contoh:
MANUSIA
Subhanallah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia
9. Kit’ah
Kit’ah adalah puisi Arab yang berisikan nasihat-nasihat yang bersifat mendidik.
Contoh:
Jikalah dalam tanah pada ikhwal sekalian
Tiadakah kudapat bedakan pada antara rakyat dan sultan
Fana juga sekalian yang ada, dengarkanlah yang Allah berfirman
Kulluman’alaihi Famin, yaitu barang siapa yang di atas bumi itu lenyap
10. Nazam
Nazam adalah puisi Arab yang berisikan tentang ceruta hamba sahaya, raja, sultan, pangeran, atau bangsawan istana.
Contoh:
Bahwa bagi raja sekalian
Hendak ada menteri demikian
Yang pada suatu pekerjaan
Sempurnakanlah segala kerajaan
Menteri inilah maha tolan raja
Dan peti segenap rahasia sahaja
Karena kata raja itu katanya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang demikianlah perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika rapat dapat adanya itu
Dapat peti rahasianya di situ
11. Gazal
Gazal adalah puisi Arab yang berisikan cinta kasih.
Contoh:
Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu yang menghidupkan sementara nyawa manusia juga
Dan menghilangkan cinta pun itu kekasihnya yang setia juga
Kekasihku itu yang menengak hatiku dengan rahasia juga
Bukhari yang ada nyawa itu adalah berbahagia juga
Selasa, 08 Desember 2009
Aliran-Aliran dalam Karya Sastra
1. Realisme, yaitu aliran yang melukiskan keadaan atau peristiwayang sesuai dengan kenyataannya, tidak ditambahkan atau dikurangi. Realisme mengungkapkan hal-hal yang baik atau tidak menyinggung perasaan orang lain. Sebagian karya angkatan ’45 beraliran realisme.
Contoh: Puisi berjudul Pertemuan karya Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
2. Naturalisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Bedanya dengan realisme, naturalisme memandang sesuatu dari sudut jeleknya saja.
Contohnya, roman atau cerpen karya Moetinggo Busye.
3. Neo-naturalisme, yaitu aliran yang tidak hanya menekankan sudaut yang jelek, tapi juga sudut yang baik.
Contoh: Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar.
4. Ekspresionisme, yaitu aliran yang menekankan pada segenap perasaan atau jiwa.
Contoh: puisi berjudul Doa karya Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
5. Impresionisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu berdasarkan kesan-kesan sepintas saja, peristiwa atau suatu benda yang ditemui atau hal-hal yang penting saja.
Contoh: puisi berjudul Ngari Sianok karya Rifai Ali
Berat himpitan gunung Singgalang
Atas daratan di bawahnya
Hingga tengkah tak alang-alang
Ngarai lebar dengan dalangnya
Bumi runtuh-runtuh juga
Seperti beradab-adab yang lepas
Debumnya hirap dalam angkasa
Derumnya lenyap di sawah luas
Dua penduduk di dalam ngarai
Mencangkul ladang satu-satu
Menyabit di sawah bersorak-sorai
Ramai kerja sejak dulu
Bumi runtuh-runtuh jua
Mereka hidup bergiat terus
Seperti si Anok dengan rumahnya
Diam-diam mengalir terus
6. Determinisme, yaitu aliran yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa dari sudut jeleknya, bisa berupa ketidakadilan, penyelewengan, dan sebagainya. Sebagian karya angkatan ’66 beraliran determinisme.
Contoh: puisi berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
7. Surealisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu secara berlebihan dan terkadang sulit diikuti dan dipahami pembaca. Contohnya cerpen Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang, novel berjudul Behaia karya Toto Sudarto Bachtiar, dan sebagainya.
Contoh: puisi berjudul Pot karya Toto Sudarto Bachtiar.
Pot apa pot itu kaukah pot aku
Pot pot pot
Yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
Yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
Pot pot pot
Pot apa pot itu kaukah pot aku
8. Romantisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu secara sentimentil dan penuh perasaan. Prosa yang termasuk dalam aliran ini adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka, Dian Tak Kunjung Padam karya S.T. Alisyahbana, dan sebagainya
Contoh: puisi berjudul Cintaku jauh di Pulau karya Chairil Anwar.
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bukan memancar
Di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi tersa
Aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air tenang, angin mendayu
Di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata
“Tujukan perahu ke pelabuhanku saja”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau
Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri
9. Idealisme, yaitu aliran yang melukiskan hal-hal yang utuh gagasan, cita-cita, atau pendirian.
Contoh: puisi bejudul Aku karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorangpun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
10. Simbolisme, yaitu aliran yang menggunakan simbol atau isyarat untuk menutupi kebenaran atau maksud sesungguhnya. Aliran ini muncul pada masa Jepang. Contohnya Drama berjudul Taufan di Atas Asia karya El Hakim.
11. Psikologisme, yaitu aliran yang menekankan pada aspek-aspek kejiwaan. Contohnya Novel berjudul Telegram karya Putu Wijaya, Merahnya Merah karya Iwan Simatupang, dan lain-lain.
12. Didaktisme, yaitu aliran yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Contohnya Salah Asuhan karya Abdul Muis. Terlebih lagi pada sastra lama banyak sekali karya yang bersifat mendidik.
Contoh: Puisi berjudul Pertemuan karya Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
2. Naturalisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Bedanya dengan realisme, naturalisme memandang sesuatu dari sudut jeleknya saja.
Contohnya, roman atau cerpen karya Moetinggo Busye.
3. Neo-naturalisme, yaitu aliran yang tidak hanya menekankan sudaut yang jelek, tapi juga sudut yang baik.
Contoh: Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar.
4. Ekspresionisme, yaitu aliran yang menekankan pada segenap perasaan atau jiwa.
Contoh: puisi berjudul Doa karya Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
5. Impresionisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu berdasarkan kesan-kesan sepintas saja, peristiwa atau suatu benda yang ditemui atau hal-hal yang penting saja.
Contoh: puisi berjudul Ngari Sianok karya Rifai Ali
Berat himpitan gunung Singgalang
Atas daratan di bawahnya
Hingga tengkah tak alang-alang
Ngarai lebar dengan dalangnya
Bumi runtuh-runtuh juga
Seperti beradab-adab yang lepas
Debumnya hirap dalam angkasa
Derumnya lenyap di sawah luas
Dua penduduk di dalam ngarai
Mencangkul ladang satu-satu
Menyabit di sawah bersorak-sorai
Ramai kerja sejak dulu
Bumi runtuh-runtuh jua
Mereka hidup bergiat terus
Seperti si Anok dengan rumahnya
Diam-diam mengalir terus
6. Determinisme, yaitu aliran yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa dari sudut jeleknya, bisa berupa ketidakadilan, penyelewengan, dan sebagainya. Sebagian karya angkatan ’66 beraliran determinisme.
Contoh: puisi berjudul Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
7. Surealisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu secara berlebihan dan terkadang sulit diikuti dan dipahami pembaca. Contohnya cerpen Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang, novel berjudul Behaia karya Toto Sudarto Bachtiar, dan sebagainya.
Contoh: puisi berjudul Pot karya Toto Sudarto Bachtiar.
Pot apa pot itu kaukah pot aku
Pot pot pot
Yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
Yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
Pot pot pot
Pot apa pot itu kaukah pot aku
8. Romantisme, yaitu aliran yang melukiskan sesuatu secara sentimentil dan penuh perasaan. Prosa yang termasuk dalam aliran ini adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka, Dian Tak Kunjung Padam karya S.T. Alisyahbana, dan sebagainya
Contoh: puisi berjudul Cintaku jauh di Pulau karya Chairil Anwar.
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bukan memancar
Di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi tersa
Aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air tenang, angin mendayu
Di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata
“Tujukan perahu ke pelabuhanku saja”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau
Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri
9. Idealisme, yaitu aliran yang melukiskan hal-hal yang utuh gagasan, cita-cita, atau pendirian.
Contoh: puisi bejudul Aku karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorangpun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
10. Simbolisme, yaitu aliran yang menggunakan simbol atau isyarat untuk menutupi kebenaran atau maksud sesungguhnya. Aliran ini muncul pada masa Jepang. Contohnya Drama berjudul Taufan di Atas Asia karya El Hakim.
11. Psikologisme, yaitu aliran yang menekankan pada aspek-aspek kejiwaan. Contohnya Novel berjudul Telegram karya Putu Wijaya, Merahnya Merah karya Iwan Simatupang, dan lain-lain.
12. Didaktisme, yaitu aliran yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Contohnya Salah Asuhan karya Abdul Muis. Terlebih lagi pada sastra lama banyak sekali karya yang bersifat mendidik.
Senin, 07 Desember 2009
puisi baru
A.MACAM-MACAM PUISI BARU
1. DISTIKHON
Distikhon adalah sajak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
berulang aku mencari
namun dirimu telah pergi
jangan tinggalkan hari ini
karena banyak ilmu menanti
2. TERZIN
Terzin adalah sajak 3 seuntai.
Contoh :
di tepian hati bahagia datang
Tersenyum laksana permata
mewangi laksana cendana
jika cinta datang membayang
laksana hari berseri-seri
tersenyum laksana sari
3. KUATRIN
Kuatrin adalah sajak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. KUIN
Kuin adalah sajak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. SEKSTET
Sekstet adalah sajak 6 seuntai.
Contoh :
kapal mengembara mencari cinta
berpeluk awan di tengah samudra
laut tersenyum pada nahkoda
camar teriak pekikkan gelora
di dasar laut indah permata
nyanyikan alam mengalun sukma
(utami)
6. SEPTIM
Septim adalah sajak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
7. OKTAF
Oktaf adalah sajak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8. SONETA
Soneta adalah puisi baru dari Itali yang umumnya tersusun atas 14 baris, dalam bebrapa bait.
Contoh:
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta legah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yanng muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti
(Ali Hasjmy)
9. SAJAK BEBAS
Mulai angkatan 45 muncul sajak bebas, yaitu sajak yang tidak terikat kepada ikatan-ikatan puisi atau ikatan-ikatan pada sajak seperti lazimnya. Tidak terikat pada irama, bentuk, dan rima.
Contoh:
ISA
kepada nasrani sejati
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
(Chairil Anwar)
1. DISTIKHON
Distikhon adalah sajak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
berulang aku mencari
namun dirimu telah pergi
jangan tinggalkan hari ini
karena banyak ilmu menanti
2. TERZIN
Terzin adalah sajak 3 seuntai.
Contoh :
di tepian hati bahagia datang
Tersenyum laksana permata
mewangi laksana cendana
jika cinta datang membayang
laksana hari berseri-seri
tersenyum laksana sari
3. KUATRIN
Kuatrin adalah sajak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. KUIN
Kuin adalah sajak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. SEKSTET
Sekstet adalah sajak 6 seuntai.
Contoh :
kapal mengembara mencari cinta
berpeluk awan di tengah samudra
laut tersenyum pada nahkoda
camar teriak pekikkan gelora
di dasar laut indah permata
nyanyikan alam mengalun sukma
(utami)
6. SEPTIM
Septim adalah sajak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
7. OKTAF
Oktaf adalah sajak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8. SONETA
Soneta adalah puisi baru dari Itali yang umumnya tersusun atas 14 baris, dalam bebrapa bait.
Contoh:
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta legah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yanng muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti
(Ali Hasjmy)
9. SAJAK BEBAS
Mulai angkatan 45 muncul sajak bebas, yaitu sajak yang tidak terikat kepada ikatan-ikatan puisi atau ikatan-ikatan pada sajak seperti lazimnya. Tidak terikat pada irama, bentuk, dan rima.
Contoh:
ISA
kepada nasrani sejati
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
(Chairil Anwar)
Minggu, 29 November 2009
Parafrase puisi "Sia-sia" karya Chairil Anwar
Sia Sia
Oleh : Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Chairil tak ingin memberikan cintanya, mungkin itulah yang ingin diungkap puisinya yang berjudul “Sia-sia” . Tampak tak ada penyesalan dan kesedihan atas penolakan akan cinta. Puisi tersebut bercerita tentang seseorang yang datang pada sang penyair dengan membawa karangan kembang yang melambangkan sebuah tawaran cinta, "Penghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang". Sebuah cinta yang begitu dalam dan suci yang hanya diberikan kepada sang penyair dengan penuh harapan tertuang dalam larik puisi “Mawar merah dan melatih putih: darah dan suci”. Sebuah tawaran cinta yang tulus untuk penyair.
Sebuah cinta yang membutuhkan kepastian dari penyair , sebuah harapan agar sang penyair mau menerima tawaran cinta yang tulus “Kau tebarkan padaku, serta pandang yang memastikan:untukmu”. Chairil ternyata tak begitu saja mengatakan “ya “ untuk sebuah cinta, bahkan dia harus bertanya apakah arti semua ini? “Sudah itu kita sama termangu, saling bertanya : Apakah ini?”. Cinta? Bagaimana mungkin Chairil Anwar tak bisa memaknai arti sebuah cinta?. Itu adalah sebuah cinta yang ditawarkan padanya. “Keduanya tak mengerti” ada sesuatu yang bergelut dihati penyair dan keduanya tak bisa mengerti, bagaimana mungkin ini sebuah cinta? Ada keraguan dihati penyair, dia tak bisa menyadari kehadiran cinta di hatinya.
“Seharian bersama. Tak hampir-menghampiri” larik tersebut telah mengambarkan begitu banyak waktu yang harus dihabiskan untuk memaknai sebuah cinta. Penyair tak mengungkapkan apapun dan hanya berdiam diri satu sama yang lain. “Ah!hatiku yang tak mau memberi” sebuah keputusan yang sebenarnya sulit untuk diucapkan namun itulah Chairil, dia tak mau memberi atau membagikan cintanya kepada wanita yang telah menawarkan banyak cinta. “Mampus kau dikoyak-koyak sepi” sebuah akhir yang terasa kejam, mungkin itulah makna pada larik tersebut. Chairil lebih suka sendiri dalam kesepiannya dan menghabus dalam-dalam rasa cinta itu.
Oleh : Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Chairil tak ingin memberikan cintanya, mungkin itulah yang ingin diungkap puisinya yang berjudul “Sia-sia” . Tampak tak ada penyesalan dan kesedihan atas penolakan akan cinta. Puisi tersebut bercerita tentang seseorang yang datang pada sang penyair dengan membawa karangan kembang yang melambangkan sebuah tawaran cinta, "Penghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang". Sebuah cinta yang begitu dalam dan suci yang hanya diberikan kepada sang penyair dengan penuh harapan tertuang dalam larik puisi “Mawar merah dan melatih putih: darah dan suci”. Sebuah tawaran cinta yang tulus untuk penyair.
Sebuah cinta yang membutuhkan kepastian dari penyair , sebuah harapan agar sang penyair mau menerima tawaran cinta yang tulus “Kau tebarkan padaku, serta pandang yang memastikan:untukmu”. Chairil ternyata tak begitu saja mengatakan “ya “ untuk sebuah cinta, bahkan dia harus bertanya apakah arti semua ini? “Sudah itu kita sama termangu, saling bertanya : Apakah ini?”. Cinta? Bagaimana mungkin Chairil Anwar tak bisa memaknai arti sebuah cinta?. Itu adalah sebuah cinta yang ditawarkan padanya. “Keduanya tak mengerti” ada sesuatu yang bergelut dihati penyair dan keduanya tak bisa mengerti, bagaimana mungkin ini sebuah cinta? Ada keraguan dihati penyair, dia tak bisa menyadari kehadiran cinta di hatinya.
“Seharian bersama. Tak hampir-menghampiri” larik tersebut telah mengambarkan begitu banyak waktu yang harus dihabiskan untuk memaknai sebuah cinta. Penyair tak mengungkapkan apapun dan hanya berdiam diri satu sama yang lain. “Ah!hatiku yang tak mau memberi” sebuah keputusan yang sebenarnya sulit untuk diucapkan namun itulah Chairil, dia tak mau memberi atau membagikan cintanya kepada wanita yang telah menawarkan banyak cinta. “Mampus kau dikoyak-koyak sepi” sebuah akhir yang terasa kejam, mungkin itulah makna pada larik tersebut. Chairil lebih suka sendiri dalam kesepiannya dan menghabus dalam-dalam rasa cinta itu.
Minggu, 22 November 2009
BIARLAH BERLALU
Kegetiran masa lalu? haruskah kita mengingatnya? Kemudian bersedih dan meratapi kegagalan itu? Sungguh hal yang bodoh jika itu yang dilakukan. Itu sama halnya dengan membunuh semangat dan memupuskan harapan bahkan seperti mengubur masa depan yang belum pasti.
Bagi orang yang mau berpikir realistis, masa lalu bagaikan kertas yang harus dilipat dan tak pernah di buka lagi. Cukuplah di taruh pada bagian otak yang disediakan untuk ruang penglupaan, disimpan rapat-rapat dan tak perlu diungkit-ungkit lagi. Mengapa harus demikian? Karena masa lalu itu telah habis dan telah berlalu.
Jangan pernah dihantui oleh mimpi buruk masa lalu atau pengalaman pahit yang pernah terjadi . Ingatlah , keresahan dan kesedihan yang disebabkan masa lalu merupakan sesuatu yang naif dan mengerikan. Mengapa? Karena mengingat masa lalu hanya akan mematahkan masa depan dan menyia-nyiakan hari ini yang sangat berharga. Jangan terkurung oleh pedihnya masa lalu , Anda tidak akan bisa mengubah kejadian masa lalu yang telah terjadi. Jadi jangan pernah terbelenggu akan mimpi buruk yang telah usai.
Masa lalu hanya membuat kita meneteskan air mata dan membuat hati kita lemah. Berpikirlah positif dan bijak. Jangan lagi menengok ke belakang. Air akan terus mengalir, hari akan terus berganti dan nikmatilah hidup ini dengan senyum yang terindah. Jangan pernah lagi teteskan air mata untuk sesuatu yang bernama masa lalu. Hiduplah untuk hari ini dan hari esok. Yakinlah bahwa hari esok adalah surga terindah kita maka ucapkan selamat tinggal mimpi buruk. Anda harus tersenyum sekarang juga!
puisi tentang aku dan kerjaku
Sang Juara
Berbaris di tengah kawan
Aku pilih yang paling depan
Karena di depan letak sang juara
Aku tak suka menutup barisan
Karena tempat sang pecundang
Berdiri kokoh
Tak kenal lelah
Bersama pelita harapan bangsa
Tugas kuemban tak kenal putus
Tata terbaik tinggalkan salah
Karena diriku harus juara
Meski kawan duduk bersandar
Aku lari menjemput waktu
Bersama pelita pembangun bangsa
Ayo kejar mentari pagi
Dengan penuh semangat baja
Buka buku tuliskan dunia
Bersamaku sang juara
Pecundang
Lempar saja kata tak berguna
Simpan saja dalam kaos kaki basi
Tempat sepatu beralas debu
Tancapkan makna hidup
Di balik kalbu
Tanam diantara lorong nadi
Agar pecundang berhenti
Pecundang tak pernah berani
Memakai logika dan hati nurani
Pecundang hanya bisa berkata bohong
Tanpa berani menunjukan prestasi
Sobek saja kamus pecundang
Jangan tulis di kertas putih
Hapus saja dengan penghapus yang paling mahal
Biar pecundang tak merasuk hati
Jangan Bimbang
Kugeluti rumus bermakna
Kucari solusi pecahkan kalimat
Esok menanti pelita bangsa
Waktu tak pernah berhenti
Kala jawaban belum pasti
Jangan kuatir nak , hadapi terus
Pasti kalimat ada jawabnya
Jangan ragu melangkah bersamaku
Karena buku temanku bercanda
Ku buka lembar yang berarti
Lantas ku tulis di awal sendiri
Begini rumus selesaikan tanya
Jangan bimbang nak, bersamaku
Mari bersama buka jendela ilmu
Agar esok penuh pasti
Menyambut hari yang terus berlari...
Laksana bayu
Kutantang awan yang berarak
Melaju di baris terdepan
Aku tak peduli
Kututup negatif penghambat langkah
Dan...ku biarkan
Kaki menuju istana siswa
Yang menanti pikir dan logika
Menyapa siswa dengan pasti
Menyambut bayu dengan obsesi
UAN
Wajah – wajah yang riang
Berganti tegang
Kala sang UAN menyapa
Duh gusti tak tega bunda menatap nanda
UAN bagaikan petir hentikan canda
Wahai nanda
Pelita bangsa
Tatap saja sang UAN
Jangan menunduk di tengah gelisah
Pakai saja rumus yang ku beri
Lumat saja UAN dengan logika
Karena UAN hanya untuk dipikir
Jangan pergi sebelum usai
Tulis indah di lembar jawab
Tebar senyum sambil di pikir
Jangan lantas bermuram muka
Nurani di antara kerja
Aku duduk di tengah gelisah
Ketika asa tak mampu terucap
Gemetar bibir menolak waktu
Tapi tak sanggup taklukkan
Perintah...
Aku malu lagi sekarang
Melihat awan mentertawakan diri
Bah .. engkau bangsat
Menggosok nurani disela kerja..
Bah kamu licik
Hanya mampu bersilat kata
Tunjukkan langkahmu
Di gelanggang prestasi
Jika memang sang pemberani
Jangan tatap
Jika tak mau
Jangan mencibir
Jika tak bisa
Engkau sang surya
Tapi tak lagi bersinar
Meminjak langkah
Tapi tak pasti
Usap saja keringatmu
Dengan malas takpernah usai...
Jangan tunjuk aku lagi...
Jika memang kamu tak mampu.
Berbaris di tengah kawan
Aku pilih yang paling depan
Karena di depan letak sang juara
Aku tak suka menutup barisan
Karena tempat sang pecundang
Berdiri kokoh
Tak kenal lelah
Bersama pelita harapan bangsa
Tugas kuemban tak kenal putus
Tata terbaik tinggalkan salah
Karena diriku harus juara
Meski kawan duduk bersandar
Aku lari menjemput waktu
Bersama pelita pembangun bangsa
Ayo kejar mentari pagi
Dengan penuh semangat baja
Buka buku tuliskan dunia
Bersamaku sang juara
Pecundang
Lempar saja kata tak berguna
Simpan saja dalam kaos kaki basi
Tempat sepatu beralas debu
Tancapkan makna hidup
Di balik kalbu
Tanam diantara lorong nadi
Agar pecundang berhenti
Pecundang tak pernah berani
Memakai logika dan hati nurani
Pecundang hanya bisa berkata bohong
Tanpa berani menunjukan prestasi
Sobek saja kamus pecundang
Jangan tulis di kertas putih
Hapus saja dengan penghapus yang paling mahal
Biar pecundang tak merasuk hati
Jangan Bimbang
Kugeluti rumus bermakna
Kucari solusi pecahkan kalimat
Esok menanti pelita bangsa
Waktu tak pernah berhenti
Kala jawaban belum pasti
Jangan kuatir nak , hadapi terus
Pasti kalimat ada jawabnya
Jangan ragu melangkah bersamaku
Karena buku temanku bercanda
Ku buka lembar yang berarti
Lantas ku tulis di awal sendiri
Begini rumus selesaikan tanya
Jangan bimbang nak, bersamaku
Mari bersama buka jendela ilmu
Agar esok penuh pasti
Menyambut hari yang terus berlari...
Laksana bayu
Kutantang awan yang berarak
Melaju di baris terdepan
Aku tak peduli
Kututup negatif penghambat langkah
Dan...ku biarkan
Kaki menuju istana siswa
Yang menanti pikir dan logika
Menyapa siswa dengan pasti
Menyambut bayu dengan obsesi
UAN
Wajah – wajah yang riang
Berganti tegang
Kala sang UAN menyapa
Duh gusti tak tega bunda menatap nanda
UAN bagaikan petir hentikan canda
Wahai nanda
Pelita bangsa
Tatap saja sang UAN
Jangan menunduk di tengah gelisah
Pakai saja rumus yang ku beri
Lumat saja UAN dengan logika
Karena UAN hanya untuk dipikir
Jangan pergi sebelum usai
Tulis indah di lembar jawab
Tebar senyum sambil di pikir
Jangan lantas bermuram muka
Nurani di antara kerja
Aku duduk di tengah gelisah
Ketika asa tak mampu terucap
Gemetar bibir menolak waktu
Tapi tak sanggup taklukkan
Perintah...
Aku malu lagi sekarang
Melihat awan mentertawakan diri
Bah .. engkau bangsat
Menggosok nurani disela kerja..
Bah kamu licik
Hanya mampu bersilat kata
Tunjukkan langkahmu
Di gelanggang prestasi
Jika memang sang pemberani
Jangan tatap
Jika tak mau
Jangan mencibir
Jika tak bisa
Engkau sang surya
Tapi tak lagi bersinar
Meminjak langkah
Tapi tak pasti
Usap saja keringatmu
Dengan malas takpernah usai...
Jangan tunjuk aku lagi...
Jika memang kamu tak mampu.
Sabtu, 21 November 2009
Pola paragraf
MENEMUKAN PARAGRAF BERPOLA DEDUKTIF
Paragraf adalah bagian dari telaah wacana dalam bahasa Indonesia.
Penalaran dalam paragraf sebuah wacana dapat berpola deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya umum menuju pernyataan khusus. Apabila diidentifikas secara terperinci, paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. letak kalimat utama di awal paragraf ,
b. diawali dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasankhusus
Untuk berlatih mengidentifikasi ciri teks deduktif, perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Terkadang aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Kawan-kawan berlatih dengan enak, bisa melepaskan semua pukulan. Sementara itu, bagiku untuk mengangkat tangan saja sudah susah. Ketika berlari, kedua tangan mereka bergoyang melambai menurut langkah,sementara bagiku mengangkat tangan kanan saja susah sekali. Tangan kananku terjatuh, begitu lariku baru 10 langkah. Angkat lagi, jatuh lagi dan angkat lagi, dan bukan tangan kananku saja yang sering jatuh, tetapi ikut juga airmataku. Menetes air mataku menahan sedih atas kondisi tanganku. Menetes airmataku menghadapi betapa beratnya beban tangan yang harus kuangkat. Airmata terjatuh bersama cucuran keringat, sehingga tak kentara untuk diketahui oleh kawan kawanku.
Jika dicermati paragraf di atas, kalimat manakah yang memuat ide pokok paragraf? Kalimat yang memuat ide pokok adalah kalimat pertama. Ide pokok itu adalah aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Ide pokok inilah yang dibicarakan dalam paragraf tersebut. Ide pokok ini dijelaskan atau diterangkan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Paragraf semacam itu disebut paragraf deduktif. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan mengemukakan kesimpulan secara umum dan diikuti oleh hal-hal khusus yang mendukung kesimpulan tersebut.
Paragraf adalah bagian dari telaah wacana dalam bahasa Indonesia.
Penalaran dalam paragraf sebuah wacana dapat berpola deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya umum menuju pernyataan khusus. Apabila diidentifikas secara terperinci, paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. letak kalimat utama di awal paragraf ,
b. diawali dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasankhusus
Untuk berlatih mengidentifikasi ciri teks deduktif, perhatikan contoh paragraf di bawah ini!
Terkadang aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Kawan-kawan berlatih dengan enak, bisa melepaskan semua pukulan. Sementara itu, bagiku untuk mengangkat tangan saja sudah susah. Ketika berlari, kedua tangan mereka bergoyang melambai menurut langkah,sementara bagiku mengangkat tangan kanan saja susah sekali. Tangan kananku terjatuh, begitu lariku baru 10 langkah. Angkat lagi, jatuh lagi dan angkat lagi, dan bukan tangan kananku saja yang sering jatuh, tetapi ikut juga airmataku. Menetes air mataku menahan sedih atas kondisi tanganku. Menetes airmataku menghadapi betapa beratnya beban tangan yang harus kuangkat. Airmata terjatuh bersama cucuran keringat, sehingga tak kentara untuk diketahui oleh kawan kawanku.
Jika dicermati paragraf di atas, kalimat manakah yang memuat ide pokok paragraf? Kalimat yang memuat ide pokok adalah kalimat pertama. Ide pokok itu adalah aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Ide pokok inilah yang dibicarakan dalam paragraf tersebut. Ide pokok ini dijelaskan atau diterangkan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Paragraf semacam itu disebut paragraf deduktif. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan mengemukakan kesimpulan secara umum dan diikuti oleh hal-hal khusus yang mendukung kesimpulan tersebut.
GURINDAM
Keterkaitan isi gurindam dengan kehidupan sehari-hari
Sekalipun gurindam termasuk karya sastra Melayu Lama, isinya masih sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Nilai-nilai yang terdapat dalam gurindam masih dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Artinya, kita dapat belajar dari nasihat-nasihat para pendahulu, seperti sastrawan Raja Ali Haji. Seandainya kita mau mengupas dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji dalam kehidupan zaman sekarang, tentulah kehidupan ini penuh kedamaian dan kemuliaan. Di era modern seperti sekarang ini, jika kita tidak berpegang pada nilai-nilai kebajikan, tentulah kita akan hancur terbawa arus modernisasi yang tanpa batasan.
Sebagai contoh keterkaitan nilai-nilai gurindam dengan kehidupan saat ini dapat kita baca ulasan gurindam berikut ini.
Mengupat dan memuji hendaklah berpikir
Di situlah banyak orang tergelincir
Bait gurindam di atas mengandung arti bahwa ketika kita ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain ( digunakan diksi mengumpat) hendaklah kita berpikir dahulu akan dampaknya. Demikian juga jika hendak mengungkapkan kata-kata yang bisa menyenangkan orang lain (digunakan diksi memuji), kita juga harus memikirkan juga akibatnya. Jika kedua hal tersebut dilakukan tanpa berpikir yang panjang maka banyak sekali orang yang akan menyesal atau merugi (Di situlah banyak orang tergelincir).
Jadi jelas isi gurindam tersebut sangat relevan dengan kehidupan dewasa ini. Di televisi banyak sekali berita yang menayangkan aksi demo di mana-mana. Para demonstran tersebut dengan tanpa berpikir panjang mengupat, mencaci bahkan tak jarang pula melakukan penghinaan dan akibat yang terjadi adalah perkelahian serta baku tembak yang merugikan banyak orang. Andaikan semua orang mengikuti nilai yang terkandung dalam gurindam di atas, tentulah rakyat dapat hidup damai dan saling menyayangi.
Sekalipun gurindam termasuk karya sastra Melayu Lama, isinya masih sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Nilai-nilai yang terdapat dalam gurindam masih dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Artinya, kita dapat belajar dari nasihat-nasihat para pendahulu, seperti sastrawan Raja Ali Haji. Seandainya kita mau mengupas dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji dalam kehidupan zaman sekarang, tentulah kehidupan ini penuh kedamaian dan kemuliaan. Di era modern seperti sekarang ini, jika kita tidak berpegang pada nilai-nilai kebajikan, tentulah kita akan hancur terbawa arus modernisasi yang tanpa batasan.
Sebagai contoh keterkaitan nilai-nilai gurindam dengan kehidupan saat ini dapat kita baca ulasan gurindam berikut ini.
Mengupat dan memuji hendaklah berpikir
Di situlah banyak orang tergelincir
Bait gurindam di atas mengandung arti bahwa ketika kita ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain ( digunakan diksi mengumpat) hendaklah kita berpikir dahulu akan dampaknya. Demikian juga jika hendak mengungkapkan kata-kata yang bisa menyenangkan orang lain (digunakan diksi memuji), kita juga harus memikirkan juga akibatnya. Jika kedua hal tersebut dilakukan tanpa berpikir yang panjang maka banyak sekali orang yang akan menyesal atau merugi (Di situlah banyak orang tergelincir).
Jadi jelas isi gurindam tersebut sangat relevan dengan kehidupan dewasa ini. Di televisi banyak sekali berita yang menayangkan aksi demo di mana-mana. Para demonstran tersebut dengan tanpa berpikir panjang mengupat, mencaci bahkan tak jarang pula melakukan penghinaan dan akibat yang terjadi adalah perkelahian serta baku tembak yang merugikan banyak orang. Andaikan semua orang mengikuti nilai yang terkandung dalam gurindam di atas, tentulah rakyat dapat hidup damai dan saling menyayangi.
RPP Bahasa Indonesia
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEKOLAH : SMA NEGERI 01 GONDANGLEGI
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/PROGRAM : XII/IPA,IPS
SEMESTER : 2 (SATU)
ALOKASI WAKTU : 2 pertemuan (4 x 45 MENIT)
1. Standar Kompetensi (Berbicara)
14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama
2. Kompetensi Dasar
14.1. Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
3. Indikator
• Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam
• Membacakan gurindam
• Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
• Membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam
4. Tujuan Pembelajaran
4.1. Siswa dapat mengidentifikasikan ciri-ciri gurindam
4.2. Siswa dapat membacakan gurindam
4.3. Siswa dapat mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
4.4. Siswa dapat membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam
5. Uraian Materi
Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Kalian pasti telah mengenal puisi? Pernahkah kalian berpikir bahwa dulu seorang sastrawan dalam membuat puisi harus selalu berpedoman pada aturan? Tentunya kalian sudah pernah membuat sebuah puisi, bukan? Apa yang ada di benak kalian dengan mudah kalian menuliskannya menjadi sebuah rangkaian kata yang indah dan selanjutnya kalian namakan dengan puisi. Penulisan puisi modern tidak harus terikat dengan aturan tetapi puisi lama harus patuh dan tunduk dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Salah satu puisi lama yang dalam penulisannya harus tunduk pada aturan adalah gurindam.
A.Mengenal gurindam
Gurindam? Barangkali kalian masih ingat dengan istilah tersebut. Gurindam adalah salah satu puisi lama. Kata gurindam sebenarnya berasal dari bahasa Tamil (India). Gurindam adalah karya sastra berbentuk puisi dua seuntai yang mengandung pelajaran atau nasehat dan berirama a-a. Meskipun berbentuk dalam dua larik, sebenarnya gurindam merupakan satu kalimat majemuk yang hubunganya sebagai anak dan induk kalimat serta menjalin makna sebab akibat antarkeduanya. Larik pertama merupakan ”syarat”, sedangkan larik kedua ”jawabannya”. Gurindam tidak dapat disambung-sambung seperti syair. Artinya, selesai satu gurindam, selesai juga maksud penyair.
B.Ciri-ciri gurindam
Pada bagian ini kalian akan belajar membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam.
Gurindam yang sangat terkenal adalah gurindam dua dua belas karya Raja Ali Haji. Gurindam tersebut hidup pada tahun 1844-1857. Gurindam dua belas terdiri atas 12 pasal. Perhatikan contoh-contoh gurindam dua belas berikut ini!
a. Kurang pikir, kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
b. Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
c. Siapa menggemari silang sengketa
Kelaknya pasti berduka cita
d. Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
e. Hati-hati mencari kawan
Jangan-jangan menjadi lawan
f. Jika hendak mengenal orang berilmu
Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Berdasarkan bentuk/isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
C. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Gurindam mengandung nilai-nilai kehidupan yang besar artinya bagi pembaca yang mau memahami secara mendalam. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam hampir sama dengan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra umumnya. Nilai-nilai dalam karya sastra adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari karya sastra yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberi hiburan atau yang dapat memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kehidupan tersebut antara lain , nilai moral, sosial, religius, pendidikan atau edukatif,estetis, etika, politik, budaya dan nilai kemanusiaan.
Nilai moral
Yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak / budi pekerti/susila atau baik buruknya tingkah laku.
Nilai sosial/kemasyarakatan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat.
Nilai religius/keagamaan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama
Nilai pendidikan/edukatif
Yaitu nilai yang berkaitan dengan pengajaran atau pengubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa..
Perhatikan gurindam dibawah ini!
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapaknya letih.
Nilai yang terkandung dalam bait gurindam di atas adalah nilai moral. Bait gurindam tersebut mengandung pelajaran, jika orang tua tidak mendidik anaknya dengan kebaikan maka orangtua akan merasa kesulitan dan mengalami kesusahan ketika anaknya dewasa nanti.
D. PESAN YANG TERKANDUNG DALAM GURINDAM
Setiap gurindam yang dibuat pasti mempunyai pesan dalam yang hendak disampaikan kepada penbacanya. Untuk itu kita harus cermat untuk memahami pesan yang disampaikan baik secara tersirat maupun tersurat. Perhatikan gurindam di bawah ini!
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh jadikan obat
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah maksudnya dusta
Tiga bait gurindam tersebut mengandung pesan yang cukup dalam. Pesan yang bisa kita ambil dari gurindam di atas adalah sebagai berikut.
Bait pertama : Mengandung pesan jika kita tidak pandai dan tidak memiliki banyak siasat dalam kehidupan ini, tentulah kita akan tersesat atau merugi.
Bait kedua : Mengandung pesan bahwa dalam hidup ini kita harus mempunyai banyak sahabat tetapi sahabat tersebut haruslah yang dapat membuat hati kita menjadi senang dan tenang, bukan sahabat yang membuat kita menjadi tidak baik atau hati tidak nyaman.
Bait ketiga : Mengandung pesan bahwa kita janganlah banyak berkata-kata atau bergunjing karena sebenarnya bergunjing itu banyak menimbulkan dusta.
6. Alat dan Media Pembelajaran
• LCD/Laptop
• Buku yang terkait dengan puisi lama
7. Langkah-Langkah Pembelajaran
7.1 Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal ( 15 menit)
• Guru menugaskan siswa untuk membaca kompetensi dasar, indikator yang ditampilkan melalui media audio visual(LCD/laptop) atau yang tertulis di buku materi (2 menit)
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator (3 menit).
• Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu tentang ciri-ciri dan nilai-nilai gurindam (10 menit).
Kegiatan Inti (70 menit)
• Siswa mencermati contoh gurindam yang disajikan guru pada layar LCD (kemampuan kesadaran diri dan mengali informasi).
• Guru membagi siswa di kelas menjadi beberapa kelompok diskusi (10 menit).
• Siswa yang telah dibentuk kelompok diskusi kecil mengindentifikasi ciri-ciri gurindam (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (10 menit)
• Masing-masing wakil kelompok membacakan gurindam di depan kelas dengan teknik bergantian berdasarkan bait (kecakapan hidup: mengali potensi diri)(15 menit).
• Siswa dalam kelompok diskusi kecil mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai serta pesan yang terdapat dalam gurindam yang di dengar (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (35 menit).
Kegiatan Akhir (5 menit)
• Guru memberikan penegasan untuk kegiatan pada pertemuan kedua bahwa setiap kelompok harus menampilkan hasil pekerjaannya melalui media audio visual(LCD / laptop) (5 menit)
7.2 Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal (10 menit)
• Guru menanyakan kesiapan masing-masing kelompok untuk menampilkan hasil diskusi kelompok ( 5 menit)
• Siswa mempersiapkan presentasi dengan media audio visual (LCD/Laptop)_(5 menit).
Kegiatan Inti
• Wakil kelompok bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompok dalam mengerjakan tugas (kecakapan hidup: kesadaran potensi diri, membaca, dan berbicara)_(30 menit)
• Siswa atau wakil kelompok secara bergantian memberikan tanggapan terhadap penyampaian hasil pekerjaan kelompok dengan disertai alasan yang logis (kecakapan hidup: berbicara, mendengarkan, dan berargumen)_(15 menit)
• Guru dan siswa bertanya-jawab tentang tanggapan yang diberikan siswa sampai menuju jawaban yang benar (kecakapan hidup: berbicara, berargumen, dan mengambil keputusan)_(10 menit)
• Siswa memperbaiki tugas yang belum sempurna sesuai dengan simpulan hasil diskusi bersama antarkelompok (10 menit)
Kegiatan Akhir (10 menit)
• Siswa menyimpulkan pembelajaran dan guru memberikan penegasan (kecakapan hidup: mengambil keputusan dan berbicara) (5 menit).
• Guru memberikan refleksi (5 menit)
8. Metode
Diskusi, demonstrasi dan pemberian tugas dengan pendekatan kontektual.
9. Penilaian
• Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
• Guru menilai aspek pengetahuan berdasarkan fomat berikut:
No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Ketepatan mengidentifikasi ciri-ciri gurindam 1 - 5
2. Ketepatan menentukan nilai-nilai gurindam 1 - 5
3. Ketepatan menentukan pesan gurindam 1 - 5
Jumlah Skor Maksimal 15
Rumus nilai:
Guru menilai aspek keterampilan dengan format penilaian sebagai berikut:
No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Kemampuan membaca nyaring naskah gurindam:
- vokal / intonasi jelas / tepat
- vokal / intonasi kurang jelas / kurang tepat
- vokal / intonasi tidak jelas / tidak tepat
3
2
1
2. Kemampuan mengomunikasikan hasil diskusi:
- lancar
- kurang lancar
- tidak lancar
3
2
1
3. Kemampuan memberikan tanggapan dalam diskusi:
- tanggapan logis dan argumentatif
- tanggapan kurang logis dan kurang argumentatif
- tanggapan tidak logis dan tidak argumentatif
3
2
1
Jumlah 9
Rumus nilai:
Guru menilai aspek sikap dengan format penilaian sebagai berikut:
No. Pernyataan Skor
1. mendengarkan dengan serius
2. menanggapi permasalahan
3. mengerjakan tugas
4. mengemukakan pendapat
5. menghargai pendapat teman
Keterangan:
No. Aspek yang dinilai Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif
1. selalu 4 1
2. Sering 3 2
3. Jarang 2 3
4. tidak pernah 1 4
Rumus nilai:
80 % – 100 % = sangat positif
70 % – 79 % = positif
60 % – 69 % = kurang
< 60 % = sangat kurang
Refleksi
Format refleksi
Pertanyaan
ya tidak
1. Apakah kamu dapat dengan mudah menemukan ciri-ciri gurindam?
2. Apakah kamu bisa memahami kata-kata sulit dalam gurindam?
3. Dapatkah kamu menemukan pesan-pesan dalam gurindam dengan mudah?
4. Apakah kamu merasa kesulitan mencari nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam?
5. Apakah kamu setuju jika gurindam bersajak aa?
6. Apakah kamu menemukan hubungan sebab akibat dalam gurindam?
7. Benarkah menurutmu bahwa gurindam itu berisi nasihat?
8. Dapatkah kamu membaca gurindam dengan baik?
9. Apakah menurutmu membuat puisi itu sulit?
10. Apakah kamu menemukan kesulitan dalam mendiskusikan gurindam?
Jika jawaban tidak hanya terdapat pada nomer 4, 9 dan 10 maka kamu telah berhasil menganalisis ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam dengan baik. Selamat kalian telah berhasil mempelajari gurindam!
10. Soal
Bacalah gurindam berikut ini!
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah jalan masuknya dusta
Apabila banyak gelak ketawa
Itulah tanda hampirkan duka
Perbuatan baik serta mulia
Lebih berharga dari harta benda
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Dapat ditimpa bahaya besar
1. Indentifikasikan ciri-ciri gurindam di atas! (skor 5)
2. Nilai-nilai apakah yang terdapat pada gurindam di atas? Berikan buktinya! (skor 5)
3. Pesan-pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca lewat gurindam tersebut?( skor 5)
Kunci
1. a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
2. Nilal Moral
• Bait 1
• Bait 3
• Bait 4
• Bait 5
• Bait 6
• Bait 7
Nilai Sosial
• Bait 2
3 Pesan yang terdapat pada gurindam di atas adalah sebagai berikut.
• Bait 1: Banyaklah berpikir maka kita tidak akan menemukan keberhasilan
• Bait 2: Dalam hidup kita sebaiknya mencari sahabat agar kita dapat menemukan tempat untuk memecahkan suatu masalah.
• Bait 3: Janganlah kita banyak bicara yang tidak bermanfaat karena di dalamnya akan banyak kebohongan.
• Bait 4: Janganlah banyak tertawa dan bersenang-senang yang berlebihan karena mungkin itu awal dari kedukaan.
• Bait 5: Banyaklah berbuat baik karena sesungguhnya itu lebih berharga daripada harta yang banyak.
• Bait 6: Sebaiknya jika kita hendak berbicara harus dipikirkan lebih dahulu agar tidak terjaadi kesalah pahaman dan permusuhan.
• Bait 7: Janganlah berbicara terlalu kasar karena kita akan dijauhi oleh orang lain dan mendapat banyak bahaya besar.
11.Referensi
• Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI Program Bahasa. Jakarta: Yudistira. Hal 175 - 178.
• Sastromiharjo, Andoyo. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII. Jakarta: Yudistira. Hal 145 - 147.
• Rohmadi, Muhammad, Yuli Kusumawati. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMA/MA kelas XII Program IPA/IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas. Hal 84 – 87.
• Koneksi internet: http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/karya-sastra/
11.Analisis Hasil Belajar dan Program Tindak Lanjut
a. Pengayaan
Siswa yang sudah tuntas atau sudah mencapai standar kompetensi belajar minimal (SKBM) yang telah ditentukan, diberikan tugas untuk mencari contoh gurindam yang lain dan menganalisis ciri-ciri, nilai dan pesan dalam gurindam.
b. Remidial
Siswa diberikan remidial sesuai indikator yang belum tuntas (belum mencapai SKBM).
SEKOLAH : SMA NEGERI 01 GONDANGLEGI
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/PROGRAM : XII/IPA,IPS
SEMESTER : 2 (SATU)
ALOKASI WAKTU : 2 pertemuan (4 x 45 MENIT)
1. Standar Kompetensi (Berbicara)
14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama
2. Kompetensi Dasar
14.1. Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
3. Indikator
• Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam
• Membacakan gurindam
• Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
• Membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam
4. Tujuan Pembelajaran
4.1. Siswa dapat mengidentifikasikan ciri-ciri gurindam
4.2. Siswa dapat membacakan gurindam
4.3. Siswa dapat mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
4.4. Siswa dapat membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam
5. Uraian Materi
Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Kalian pasti telah mengenal puisi? Pernahkah kalian berpikir bahwa dulu seorang sastrawan dalam membuat puisi harus selalu berpedoman pada aturan? Tentunya kalian sudah pernah membuat sebuah puisi, bukan? Apa yang ada di benak kalian dengan mudah kalian menuliskannya menjadi sebuah rangkaian kata yang indah dan selanjutnya kalian namakan dengan puisi. Penulisan puisi modern tidak harus terikat dengan aturan tetapi puisi lama harus patuh dan tunduk dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Salah satu puisi lama yang dalam penulisannya harus tunduk pada aturan adalah gurindam.
A.Mengenal gurindam
Gurindam? Barangkali kalian masih ingat dengan istilah tersebut. Gurindam adalah salah satu puisi lama. Kata gurindam sebenarnya berasal dari bahasa Tamil (India). Gurindam adalah karya sastra berbentuk puisi dua seuntai yang mengandung pelajaran atau nasehat dan berirama a-a. Meskipun berbentuk dalam dua larik, sebenarnya gurindam merupakan satu kalimat majemuk yang hubunganya sebagai anak dan induk kalimat serta menjalin makna sebab akibat antarkeduanya. Larik pertama merupakan ”syarat”, sedangkan larik kedua ”jawabannya”. Gurindam tidak dapat disambung-sambung seperti syair. Artinya, selesai satu gurindam, selesai juga maksud penyair.
B.Ciri-ciri gurindam
Pada bagian ini kalian akan belajar membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam.
Gurindam yang sangat terkenal adalah gurindam dua dua belas karya Raja Ali Haji. Gurindam tersebut hidup pada tahun 1844-1857. Gurindam dua belas terdiri atas 12 pasal. Perhatikan contoh-contoh gurindam dua belas berikut ini!
a. Kurang pikir, kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
b. Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
c. Siapa menggemari silang sengketa
Kelaknya pasti berduka cita
d. Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
e. Hati-hati mencari kawan
Jangan-jangan menjadi lawan
f. Jika hendak mengenal orang berilmu
Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Berdasarkan bentuk/isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
C. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Gurindam mengandung nilai-nilai kehidupan yang besar artinya bagi pembaca yang mau memahami secara mendalam. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam hampir sama dengan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra umumnya. Nilai-nilai dalam karya sastra adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari karya sastra yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberi hiburan atau yang dapat memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kehidupan tersebut antara lain , nilai moral, sosial, religius, pendidikan atau edukatif,estetis, etika, politik, budaya dan nilai kemanusiaan.
Nilai moral
Yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak / budi pekerti/susila atau baik buruknya tingkah laku.
Nilai sosial/kemasyarakatan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat.
Nilai religius/keagamaan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama
Nilai pendidikan/edukatif
Yaitu nilai yang berkaitan dengan pengajaran atau pengubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa..
Perhatikan gurindam dibawah ini!
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapaknya letih.
Nilai yang terkandung dalam bait gurindam di atas adalah nilai moral. Bait gurindam tersebut mengandung pelajaran, jika orang tua tidak mendidik anaknya dengan kebaikan maka orangtua akan merasa kesulitan dan mengalami kesusahan ketika anaknya dewasa nanti.
D. PESAN YANG TERKANDUNG DALAM GURINDAM
Setiap gurindam yang dibuat pasti mempunyai pesan dalam yang hendak disampaikan kepada penbacanya. Untuk itu kita harus cermat untuk memahami pesan yang disampaikan baik secara tersirat maupun tersurat. Perhatikan gurindam di bawah ini!
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh jadikan obat
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah maksudnya dusta
Tiga bait gurindam tersebut mengandung pesan yang cukup dalam. Pesan yang bisa kita ambil dari gurindam di atas adalah sebagai berikut.
Bait pertama : Mengandung pesan jika kita tidak pandai dan tidak memiliki banyak siasat dalam kehidupan ini, tentulah kita akan tersesat atau merugi.
Bait kedua : Mengandung pesan bahwa dalam hidup ini kita harus mempunyai banyak sahabat tetapi sahabat tersebut haruslah yang dapat membuat hati kita menjadi senang dan tenang, bukan sahabat yang membuat kita menjadi tidak baik atau hati tidak nyaman.
Bait ketiga : Mengandung pesan bahwa kita janganlah banyak berkata-kata atau bergunjing karena sebenarnya bergunjing itu banyak menimbulkan dusta.
6. Alat dan Media Pembelajaran
• LCD/Laptop
• Buku yang terkait dengan puisi lama
7. Langkah-Langkah Pembelajaran
7.1 Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal ( 15 menit)
• Guru menugaskan siswa untuk membaca kompetensi dasar, indikator yang ditampilkan melalui media audio visual(LCD/laptop) atau yang tertulis di buku materi (2 menit)
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator (3 menit).
• Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu tentang ciri-ciri dan nilai-nilai gurindam (10 menit).
Kegiatan Inti (70 menit)
• Siswa mencermati contoh gurindam yang disajikan guru pada layar LCD (kemampuan kesadaran diri dan mengali informasi).
• Guru membagi siswa di kelas menjadi beberapa kelompok diskusi (10 menit).
• Siswa yang telah dibentuk kelompok diskusi kecil mengindentifikasi ciri-ciri gurindam (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (10 menit)
• Masing-masing wakil kelompok membacakan gurindam di depan kelas dengan teknik bergantian berdasarkan bait (kecakapan hidup: mengali potensi diri)(15 menit).
• Siswa dalam kelompok diskusi kecil mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai serta pesan yang terdapat dalam gurindam yang di dengar (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (35 menit).
Kegiatan Akhir (5 menit)
• Guru memberikan penegasan untuk kegiatan pada pertemuan kedua bahwa setiap kelompok harus menampilkan hasil pekerjaannya melalui media audio visual(LCD / laptop) (5 menit)
7.2 Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal (10 menit)
• Guru menanyakan kesiapan masing-masing kelompok untuk menampilkan hasil diskusi kelompok ( 5 menit)
• Siswa mempersiapkan presentasi dengan media audio visual (LCD/Laptop)_(5 menit).
Kegiatan Inti
• Wakil kelompok bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompok dalam mengerjakan tugas (kecakapan hidup: kesadaran potensi diri, membaca, dan berbicara)_(30 menit)
• Siswa atau wakil kelompok secara bergantian memberikan tanggapan terhadap penyampaian hasil pekerjaan kelompok dengan disertai alasan yang logis (kecakapan hidup: berbicara, mendengarkan, dan berargumen)_(15 menit)
• Guru dan siswa bertanya-jawab tentang tanggapan yang diberikan siswa sampai menuju jawaban yang benar (kecakapan hidup: berbicara, berargumen, dan mengambil keputusan)_(10 menit)
• Siswa memperbaiki tugas yang belum sempurna sesuai dengan simpulan hasil diskusi bersama antarkelompok (10 menit)
Kegiatan Akhir (10 menit)
• Siswa menyimpulkan pembelajaran dan guru memberikan penegasan (kecakapan hidup: mengambil keputusan dan berbicara) (5 menit).
• Guru memberikan refleksi (5 menit)
8. Metode
Diskusi, demonstrasi dan pemberian tugas dengan pendekatan kontektual.
9. Penilaian
• Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
• Guru menilai aspek pengetahuan berdasarkan fomat berikut:
No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Ketepatan mengidentifikasi ciri-ciri gurindam 1 - 5
2. Ketepatan menentukan nilai-nilai gurindam 1 - 5
3. Ketepatan menentukan pesan gurindam 1 - 5
Jumlah Skor Maksimal 15
Rumus nilai:
Guru menilai aspek keterampilan dengan format penilaian sebagai berikut:
No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Kemampuan membaca nyaring naskah gurindam:
- vokal / intonasi jelas / tepat
- vokal / intonasi kurang jelas / kurang tepat
- vokal / intonasi tidak jelas / tidak tepat
3
2
1
2. Kemampuan mengomunikasikan hasil diskusi:
- lancar
- kurang lancar
- tidak lancar
3
2
1
3. Kemampuan memberikan tanggapan dalam diskusi:
- tanggapan logis dan argumentatif
- tanggapan kurang logis dan kurang argumentatif
- tanggapan tidak logis dan tidak argumentatif
3
2
1
Jumlah 9
Rumus nilai:
Guru menilai aspek sikap dengan format penilaian sebagai berikut:
No. Pernyataan Skor
1. mendengarkan dengan serius
2. menanggapi permasalahan
3. mengerjakan tugas
4. mengemukakan pendapat
5. menghargai pendapat teman
Keterangan:
No. Aspek yang dinilai Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif
1. selalu 4 1
2. Sering 3 2
3. Jarang 2 3
4. tidak pernah 1 4
Rumus nilai:
80 % – 100 % = sangat positif
70 % – 79 % = positif
60 % – 69 % = kurang
< 60 % = sangat kurang
Refleksi
Format refleksi
Pertanyaan
ya tidak
1. Apakah kamu dapat dengan mudah menemukan ciri-ciri gurindam?
2. Apakah kamu bisa memahami kata-kata sulit dalam gurindam?
3. Dapatkah kamu menemukan pesan-pesan dalam gurindam dengan mudah?
4. Apakah kamu merasa kesulitan mencari nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam?
5. Apakah kamu setuju jika gurindam bersajak aa?
6. Apakah kamu menemukan hubungan sebab akibat dalam gurindam?
7. Benarkah menurutmu bahwa gurindam itu berisi nasihat?
8. Dapatkah kamu membaca gurindam dengan baik?
9. Apakah menurutmu membuat puisi itu sulit?
10. Apakah kamu menemukan kesulitan dalam mendiskusikan gurindam?
Jika jawaban tidak hanya terdapat pada nomer 4, 9 dan 10 maka kamu telah berhasil menganalisis ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam dengan baik. Selamat kalian telah berhasil mempelajari gurindam!
10. Soal
Bacalah gurindam berikut ini!
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Apabila banyak berkata-kata
Disitulah jalan masuknya dusta
Apabila banyak gelak ketawa
Itulah tanda hampirkan duka
Perbuatan baik serta mulia
Lebih berharga dari harta benda
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Dapat ditimpa bahaya besar
1. Indentifikasikan ciri-ciri gurindam di atas! (skor 5)
2. Nilai-nilai apakah yang terdapat pada gurindam di atas? Berikan buktinya! (skor 5)
3. Pesan-pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca lewat gurindam tersebut?( skor 5)
Kunci
1. a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
2. Nilal Moral
• Bait 1
• Bait 3
• Bait 4
• Bait 5
• Bait 6
• Bait 7
Nilai Sosial
• Bait 2
3 Pesan yang terdapat pada gurindam di atas adalah sebagai berikut.
• Bait 1: Banyaklah berpikir maka kita tidak akan menemukan keberhasilan
• Bait 2: Dalam hidup kita sebaiknya mencari sahabat agar kita dapat menemukan tempat untuk memecahkan suatu masalah.
• Bait 3: Janganlah kita banyak bicara yang tidak bermanfaat karena di dalamnya akan banyak kebohongan.
• Bait 4: Janganlah banyak tertawa dan bersenang-senang yang berlebihan karena mungkin itu awal dari kedukaan.
• Bait 5: Banyaklah berbuat baik karena sesungguhnya itu lebih berharga daripada harta yang banyak.
• Bait 6: Sebaiknya jika kita hendak berbicara harus dipikirkan lebih dahulu agar tidak terjaadi kesalah pahaman dan permusuhan.
• Bait 7: Janganlah berbicara terlalu kasar karena kita akan dijauhi oleh orang lain dan mendapat banyak bahaya besar.
11.Referensi
• Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI Program Bahasa. Jakarta: Yudistira. Hal 175 - 178.
• Sastromiharjo, Andoyo. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII. Jakarta: Yudistira. Hal 145 - 147.
• Rohmadi, Muhammad, Yuli Kusumawati. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMA/MA kelas XII Program IPA/IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas. Hal 84 – 87.
• Koneksi internet: http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/karya-sastra/
11.Analisis Hasil Belajar dan Program Tindak Lanjut
a. Pengayaan
Siswa yang sudah tuntas atau sudah mencapai standar kompetensi belajar minimal (SKBM) yang telah ditentukan, diberikan tugas untuk mencari contoh gurindam yang lain dan menganalisis ciri-ciri, nilai dan pesan dalam gurindam.
b. Remidial
Siswa diberikan remidial sesuai indikator yang belum tuntas (belum mencapai SKBM).
puisiku
Kapal menyimpan tanya
Kapal membawa sejuta kata
Tentang Tanya yang belum terucap
Ombak mengulung resah
Kapal terbawa hingga ke tengah
Merasa ada gelisah
Mencari jawab pada karang tak bertuan
Adakah awan dapat rasakan kapal membawa asmara?
Layar terkembang menantang samudra
Camar teriakan gelora rindu
Adakah gemuruh angin mendengar itu?
Atau hanya diam tak lagi bertegur
Bersatu dengan awan
laut tersenyum mengundang mesra
mungkin itu……
Harap kapal pada alam
November 2009
kapalku karam
kabut menyelimuti lautan sepi
senja datang menyapa pantai
berdiri diantara pohon tak bergerak
kapal-kapal telah merapat
layar tak lagi terbuka
ada yang tertinggal dalam pengembaraan
seuntai harap yang terpendam karang
kapalku terasa karam
bagaimana kembali berlayar?
sedang hatiku masih tertinggal di tengah samudra
kapalku tinggal serpian sampah
padahal pengembaraanku belum usai
teriakanku terpendam sudah
dan kapalku hanya diam
November 2009
Kutunggu hari itu
kutunggu hari dimana aku kan bersamamu
kuhitung waktu yang terasa lama
aku tak tahu apa yang kulakukan nanti
tersenyumkah?
atau kutatap dirimu dalam-dalam?
atau kugenggap tanganmu erat-erat?
agar kau tak jauh dariku.
mungkin kuawali dengan senyum saja
lantas kutatap wajahmu yang selalu mengusikku
terus kukatakan "begitu lamanya aku menunggumu?"
kuharap kau tersenyum padaku
dan kau katakan "aku rindu padamu"
akankah hari itu kan jadi milikku?
kau duduk sampingku dan memandang diriku
akankah waktu itu datang padaku?
atau hanya impianku saja?
November 2009
AKU INGIN BERLARI
Mungkin aku harus berlari
Dari bayangmu yang sesaat
Mungkin aku harus pergi
Dari sajakmu yang menyentuh kalbuku
Aku bukan yang dulu lagi
Aku tak mau selemah ini
Yang terus terperangkap bayangmu
Aku ingin pergi
Mungkin itu yang terbaik
Untuk memulai hidupku tanpamu
Aku takkan kembali
Mengingatkau dengan seluruh
Satu ucapku...
Biarlah semua berlalu....
November 2009
Stasiun masih sunyi
Peron masih berselimut kabut
Pagi menggigil diterkam sunyi
Stasiun kota lama menyanyi sedih
Hanya tinggal perempuan muda menatap mendung
Lara
Kecewa
Marah
Rindu
Entah tak tahu
25 Januari 2007
KEMBALI
Aku ingin kembali pulang
Tapi stasiun masih terkunci
Kembali diri terhempas
Terkurung diantara bangku-bangku bisu
Sepi
Sunyi
Kuketuk loket penjaga stasiun
Semua galak
Aku terpelanting lagi
Diantara ilusi yang ditinggal mentari
29 Januari 2007
SELENDANG KABUT
Tebaran kabut berselendang duka
Mengalun lembut mengusik lara
Tertata dan terurai menyelimuti sudut hati
Terusik duri yang enggan menyisih
Tengadah menatap cakrawala diri
Bergerak gelap mengisi setiap aliran nafas
Mengembara dalam tetesan nafsu
Bergejolak menerkam jiwa
Tiada dapat menepis gelap dalam tubuh
Mengusir mimpi tanpa daya
Terbangun dan kusebut satu kata
Yang maha segala dari segala
Kutatap batas antara ilusi dan asma Nya
Kutangkap terikan damai lewat kasih-Mu
Kukejar nyata yang semakin pasti
Diri ingin tengelam dalam selendang panjang
Yang terbentang mengurai kesejukan rahmad-Mu.
28 Maret 2009
LIHAT AKU DIK
Lihat aku dik
Karena aku masih melihatmu
Tersenyum dibalik malam
Engkau ada dik
Dalam ilusi dan anganku
Aku lihat dik
Bibir manismu terukir
Dibalik pucat wajahmu
Dan di antara kabut matamu
Lihat aku dik
Karena aku masih rasakan
Harap dan asamu
Yang tergadai
Jangan lagi lihat aku dik
Karena aku sedih
Melihat kau terbang bersama duka
5 April 2007
CEMAS
Aku teriak
Kala dirimu tak datang
Aku cemas kala pagi
Tak memberi kabar
Aku susuri rel kereta di batas peron
Aku lihat kau di dibalik kabut
Ku panggil kau, dik
Dengan setengah isakku
Kau terkurung di antara gerbong kereta
Aku kejar, dik
Tapi kau lari
Bersama malaikat penjagamu
Aku sedih dik
Aku tersungkur
Maut itu tak lagi ramah padamu
Membawamu terbang jauh dariku
Aku panggil dik
Seuntai nama indahmu
Meski engkau tak lagi tahu dukaku
5 April 2007
MASINIS
Asap kereta bergelut maut
Masinis tertunduk
Gemetar
Gelisah
Menyesal
Kenapa kereta tak mau kompromi
Melihat gadis di balik lorong
Menantang
Menyapa masinis dengan sinis
Mengapa rel tak diputus saja
Agar kereta tak lagi melaju
Mengapa penumpang harus antre
Memadati peron stasiun
Andai kereta tak pernah ada
Mungkin masinis berlapang dada
Hingga sang jelita tak lagi luka
6 Juni 2007
Kapal membawa sejuta kata
Tentang Tanya yang belum terucap
Ombak mengulung resah
Kapal terbawa hingga ke tengah
Merasa ada gelisah
Mencari jawab pada karang tak bertuan
Adakah awan dapat rasakan kapal membawa asmara?
Layar terkembang menantang samudra
Camar teriakan gelora rindu
Adakah gemuruh angin mendengar itu?
Atau hanya diam tak lagi bertegur
Bersatu dengan awan
laut tersenyum mengundang mesra
mungkin itu……
Harap kapal pada alam
November 2009
kapalku karam
kabut menyelimuti lautan sepi
senja datang menyapa pantai
berdiri diantara pohon tak bergerak
kapal-kapal telah merapat
layar tak lagi terbuka
ada yang tertinggal dalam pengembaraan
seuntai harap yang terpendam karang
kapalku terasa karam
bagaimana kembali berlayar?
sedang hatiku masih tertinggal di tengah samudra
kapalku tinggal serpian sampah
padahal pengembaraanku belum usai
teriakanku terpendam sudah
dan kapalku hanya diam
November 2009
Kutunggu hari itu
kutunggu hari dimana aku kan bersamamu
kuhitung waktu yang terasa lama
aku tak tahu apa yang kulakukan nanti
tersenyumkah?
atau kutatap dirimu dalam-dalam?
atau kugenggap tanganmu erat-erat?
agar kau tak jauh dariku.
mungkin kuawali dengan senyum saja
lantas kutatap wajahmu yang selalu mengusikku
terus kukatakan "begitu lamanya aku menunggumu?"
kuharap kau tersenyum padaku
dan kau katakan "aku rindu padamu"
akankah hari itu kan jadi milikku?
kau duduk sampingku dan memandang diriku
akankah waktu itu datang padaku?
atau hanya impianku saja?
November 2009
AKU INGIN BERLARI
Mungkin aku harus berlari
Dari bayangmu yang sesaat
Mungkin aku harus pergi
Dari sajakmu yang menyentuh kalbuku
Aku bukan yang dulu lagi
Aku tak mau selemah ini
Yang terus terperangkap bayangmu
Aku ingin pergi
Mungkin itu yang terbaik
Untuk memulai hidupku tanpamu
Aku takkan kembali
Mengingatkau dengan seluruh
Satu ucapku...
Biarlah semua berlalu....
November 2009
Stasiun masih sunyi
Peron masih berselimut kabut
Pagi menggigil diterkam sunyi
Stasiun kota lama menyanyi sedih
Hanya tinggal perempuan muda menatap mendung
Lara
Kecewa
Marah
Rindu
Entah tak tahu
25 Januari 2007
KEMBALI
Aku ingin kembali pulang
Tapi stasiun masih terkunci
Kembali diri terhempas
Terkurung diantara bangku-bangku bisu
Sepi
Sunyi
Kuketuk loket penjaga stasiun
Semua galak
Aku terpelanting lagi
Diantara ilusi yang ditinggal mentari
29 Januari 2007
SELENDANG KABUT
Tebaran kabut berselendang duka
Mengalun lembut mengusik lara
Tertata dan terurai menyelimuti sudut hati
Terusik duri yang enggan menyisih
Tengadah menatap cakrawala diri
Bergerak gelap mengisi setiap aliran nafas
Mengembara dalam tetesan nafsu
Bergejolak menerkam jiwa
Tiada dapat menepis gelap dalam tubuh
Mengusir mimpi tanpa daya
Terbangun dan kusebut satu kata
Yang maha segala dari segala
Kutatap batas antara ilusi dan asma Nya
Kutangkap terikan damai lewat kasih-Mu
Kukejar nyata yang semakin pasti
Diri ingin tengelam dalam selendang panjang
Yang terbentang mengurai kesejukan rahmad-Mu.
28 Maret 2009
LIHAT AKU DIK
Lihat aku dik
Karena aku masih melihatmu
Tersenyum dibalik malam
Engkau ada dik
Dalam ilusi dan anganku
Aku lihat dik
Bibir manismu terukir
Dibalik pucat wajahmu
Dan di antara kabut matamu
Lihat aku dik
Karena aku masih rasakan
Harap dan asamu
Yang tergadai
Jangan lagi lihat aku dik
Karena aku sedih
Melihat kau terbang bersama duka
5 April 2007
CEMAS
Aku teriak
Kala dirimu tak datang
Aku cemas kala pagi
Tak memberi kabar
Aku susuri rel kereta di batas peron
Aku lihat kau di dibalik kabut
Ku panggil kau, dik
Dengan setengah isakku
Kau terkurung di antara gerbong kereta
Aku kejar, dik
Tapi kau lari
Bersama malaikat penjagamu
Aku sedih dik
Aku tersungkur
Maut itu tak lagi ramah padamu
Membawamu terbang jauh dariku
Aku panggil dik
Seuntai nama indahmu
Meski engkau tak lagi tahu dukaku
5 April 2007
MASINIS
Asap kereta bergelut maut
Masinis tertunduk
Gemetar
Gelisah
Menyesal
Kenapa kereta tak mau kompromi
Melihat gadis di balik lorong
Menantang
Menyapa masinis dengan sinis
Mengapa rel tak diputus saja
Agar kereta tak lagi melaju
Mengapa penumpang harus antre
Memadati peron stasiun
Andai kereta tak pernah ada
Mungkin masinis berlapang dada
Hingga sang jelita tak lagi luka
6 Juni 2007
Langganan:
Postingan (Atom)