Sabtu, 21 November 2009

puisiku

Kapal menyimpan tanya

Kapal membawa sejuta kata
Tentang Tanya yang belum terucap
Ombak mengulung resah
Kapal terbawa hingga ke tengah
Merasa ada gelisah
Mencari jawab pada karang tak bertuan
Adakah awan dapat rasakan kapal membawa asmara?
Layar terkembang menantang samudra
Camar teriakan gelora rindu
Adakah gemuruh angin mendengar itu?
Atau hanya diam tak lagi bertegur
Bersatu dengan awan
laut tersenyum mengundang mesra
mungkin itu……
Harap kapal pada alam

November 2009


kapalku karam

kabut menyelimuti lautan sepi
senja datang menyapa pantai
berdiri diantara pohon tak bergerak
kapal-kapal telah merapat
layar tak lagi terbuka
ada yang tertinggal dalam pengembaraan
seuntai harap yang terpendam karang
kapalku terasa karam
bagaimana kembali berlayar?
sedang hatiku masih tertinggal di tengah samudra
kapalku tinggal serpian sampah
padahal pengembaraanku belum usai
teriakanku terpendam sudah
dan kapalku hanya diam

November 2009

Kutunggu hari itu

kutunggu hari dimana aku kan bersamamu
kuhitung waktu yang terasa lama
aku tak tahu apa yang kulakukan nanti
tersenyumkah?
atau kutatap dirimu dalam-dalam?
atau kugenggap tanganmu erat-erat?
agar kau tak jauh dariku.
mungkin kuawali dengan senyum saja
lantas kutatap wajahmu yang selalu mengusikku
terus kukatakan "begitu lamanya aku menunggumu?"
kuharap kau tersenyum padaku
dan kau katakan "aku rindu padamu"
akankah hari itu kan jadi milikku?
kau duduk sampingku dan memandang diriku
akankah waktu itu datang padaku?
atau hanya impianku saja?

November 2009


AKU INGIN BERLARI

Mungkin aku harus berlari
Dari bayangmu yang sesaat
Mungkin aku harus pergi
Dari sajakmu yang menyentuh kalbuku
Aku bukan yang dulu lagi
Aku tak mau selemah ini
Yang terus terperangkap bayangmu
Aku ingin pergi
Mungkin itu yang terbaik
Untuk memulai hidupku tanpamu
Aku takkan kembali
Mengingatkau dengan seluruh
Satu ucapku...
Biarlah semua berlalu....

November 2009


Stasiun masih sunyi

Peron masih berselimut kabut
Pagi menggigil diterkam sunyi
Stasiun kota lama menyanyi sedih
Hanya tinggal perempuan muda menatap mendung
Lara
Kecewa
Marah
Rindu
Entah tak tahu


25 Januari 2007


KEMBALI

Aku ingin kembali pulang
Tapi stasiun masih terkunci
Kembali diri terhempas
Terkurung diantara bangku-bangku bisu
Sepi
Sunyi
Kuketuk loket penjaga stasiun
Semua galak
Aku terpelanting lagi
Diantara ilusi yang ditinggal mentari

29 Januari 2007


SELENDANG KABUT

Tebaran kabut berselendang duka
Mengalun lembut mengusik lara
Tertata dan terurai menyelimuti sudut hati
Terusik duri yang enggan menyisih

Tengadah menatap cakrawala diri
Bergerak gelap mengisi setiap aliran nafas
Mengembara dalam tetesan nafsu
Bergejolak menerkam jiwa
Tiada dapat menepis gelap dalam tubuh
Mengusir mimpi tanpa daya

Terbangun dan kusebut satu kata
Yang maha segala dari segala
Kutatap batas antara ilusi dan asma Nya
Kutangkap terikan damai lewat kasih-Mu
Kukejar nyata yang semakin pasti
Diri ingin tengelam dalam selendang panjang
Yang terbentang mengurai kesejukan rahmad-Mu.
28 Maret 2009


LIHAT AKU DIK

Lihat aku dik
Karena aku masih melihatmu
Tersenyum dibalik malam
Engkau ada dik
Dalam ilusi dan anganku

Aku lihat dik
Bibir manismu terukir
Dibalik pucat wajahmu
Dan di antara kabut matamu

Lihat aku dik
Karena aku masih rasakan
Harap dan asamu
Yang tergadai

Jangan lagi lihat aku dik
Karena aku sedih
Melihat kau terbang bersama duka


5 April 2007


CEMAS

Aku teriak
Kala dirimu tak datang
Aku cemas kala pagi
Tak memberi kabar
Aku susuri rel kereta di batas peron
Aku lihat kau di dibalik kabut
Ku panggil kau, dik
Dengan setengah isakku
Kau terkurung di antara gerbong kereta
Aku kejar, dik
Tapi kau lari
Bersama malaikat penjagamu
Aku sedih dik
Aku tersungkur
Maut itu tak lagi ramah padamu
Membawamu terbang jauh dariku
Aku panggil dik
Seuntai nama indahmu
Meski engkau tak lagi tahu dukaku

5 April 2007



MASINIS

Asap kereta bergelut maut
Masinis tertunduk
Gemetar
Gelisah
Menyesal
Kenapa kereta tak mau kompromi
Melihat gadis di balik lorong
Menantang
Menyapa masinis dengan sinis
Mengapa rel tak diputus saja
Agar kereta tak lagi melaju
Mengapa penumpang harus antre
Memadati peron stasiun
Andai kereta tak pernah ada
Mungkin masinis berlapang dada
Hingga sang jelita tak lagi luka

6 Juni 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar