Minggu, 29 November 2009

Parafrase puisi "Sia-sia" karya Chairil Anwar

Sia Sia
Oleh : Chairil Anwar

Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

Chairil tak ingin memberikan cintanya, mungkin itulah yang ingin diungkap puisinya yang berjudul “Sia-sia” . Tampak tak ada penyesalan dan kesedihan atas penolakan akan cinta. Puisi tersebut bercerita tentang seseorang yang datang pada sang penyair dengan membawa karangan kembang yang melambangkan sebuah tawaran cinta, "Penghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang". Sebuah cinta yang begitu dalam dan suci yang hanya diberikan kepada sang penyair dengan penuh harapan tertuang dalam larik puisi “Mawar merah dan melatih putih: darah dan suci”. Sebuah tawaran cinta yang tulus untuk penyair.

Sebuah cinta yang membutuhkan kepastian dari penyair , sebuah harapan agar sang penyair mau menerima tawaran cinta yang tulus “Kau tebarkan padaku, serta pandang yang memastikan:untukmu”. Chairil ternyata tak begitu saja mengatakan “ya “ untuk sebuah cinta, bahkan dia harus bertanya apakah arti semua ini? “Sudah itu kita sama termangu, saling bertanya : Apakah ini?”. Cinta? Bagaimana mungkin Chairil Anwar tak bisa memaknai arti sebuah cinta?. Itu adalah sebuah cinta yang ditawarkan padanya. “Keduanya tak mengerti” ada sesuatu yang bergelut dihati penyair dan keduanya tak bisa mengerti, bagaimana mungkin ini sebuah cinta? Ada keraguan dihati penyair, dia tak bisa menyadari kehadiran cinta di hatinya.

“Seharian bersama. Tak hampir-menghampiri” larik tersebut telah mengambarkan begitu banyak waktu yang harus dihabiskan untuk memaknai sebuah cinta. Penyair tak mengungkapkan apapun dan hanya berdiam diri satu sama yang lain. “Ah!hatiku yang tak mau memberi” sebuah keputusan yang sebenarnya sulit untuk diucapkan namun itulah Chairil, dia tak mau memberi atau membagikan cintanya kepada wanita yang telah menawarkan banyak cinta. “Mampus kau dikoyak-koyak sepi” sebuah akhir yang terasa kejam, mungkin itulah makna pada larik tersebut. Chairil lebih suka sendiri dalam kesepiannya dan menghabus dalam-dalam rasa cinta itu.

Minggu, 22 November 2009

BIARLAH BERLALU


Kegetiran masa lalu?
haruskah kita mengingatnya? Kemudian bersedih dan meratapi kegagalan itu? Sungguh hal yang bodoh jika itu yang dilakukan. Itu sama halnya dengan membunuh semangat dan memupuskan harapan bahkan seperti mengubur masa depan yang belum pasti.

Bagi orang yang mau berpikir realistis, masa lalu bagaikan kertas yang harus dilipat dan tak pernah di buka lagi. Cukuplah di taruh pada bagian otak yang disediakan untuk ruang penglupaan, disimpan rapat-rapat dan tak perlu diungkit-ungkit lagi. Mengapa harus demikian? Karena masa lalu itu telah habis dan telah berlalu.

Jangan pernah dihantui oleh mimpi buruk masa lalu atau pengalaman pahit yang pernah terjadi . Ingatlah , keresahan dan kesedihan yang disebabkan masa lalu merupakan sesuatu yang naif dan mengerikan. Mengapa? Karena mengingat masa lalu hanya akan mematahkan masa depan dan menyia-nyiakan hari ini yang sangat berharga. Jangan terkurung oleh pedihnya masa lalu , Anda tidak akan bisa mengubah kejadian masa lalu yang telah terjadi. Jadi jangan pernah terbelenggu akan mimpi buruk yang telah usai.

Masa lalu hanya membuat kita meneteskan air mata dan membuat hati kita lemah. Berpikirlah positif dan bijak. Jangan lagi menengok ke belakang. Air akan terus mengalir, hari akan terus berganti dan nikmatilah hidup ini dengan senyum yang terindah. Jangan pernah lagi teteskan air mata untuk sesuatu yang bernama masa lalu. Hiduplah untuk hari ini dan hari esok. Yakinlah bahwa hari esok adalah surga terindah kita maka ucapkan selamat tinggal mimpi buruk. Anda harus tersenyum sekarang juga!

puisi tentang aku dan kerjaku

Sang Juara


Berbaris di tengah kawan
Aku pilih yang paling depan
Karena di depan letak sang juara
Aku tak suka menutup barisan
Karena tempat sang pecundang
Berdiri kokoh
Tak kenal lelah
Bersama pelita harapan bangsa

Tugas kuemban tak kenal putus
Tata terbaik tinggalkan salah
Karena diriku harus juara
Meski kawan duduk bersandar
Aku lari menjemput waktu
Bersama pelita pembangun bangsa
Ayo kejar mentari pagi
Dengan penuh semangat baja
Buka buku tuliskan dunia
Bersamaku sang juara


Pecundang


Lempar saja kata tak berguna
Simpan saja dalam kaos kaki basi
Tempat sepatu beralas debu
Tancapkan makna hidup
Di balik kalbu
Tanam diantara lorong nadi
Agar pecundang berhenti

Pecundang tak pernah berani
Memakai logika dan hati nurani
Pecundang hanya bisa berkata bohong
Tanpa berani menunjukan prestasi
Sobek saja kamus pecundang
Jangan tulis di kertas putih
Hapus saja dengan penghapus yang paling mahal
Biar pecundang tak merasuk hati



Jangan Bimbang

Kugeluti rumus bermakna
Kucari solusi pecahkan kalimat
Esok menanti pelita bangsa
Waktu tak pernah berhenti
Kala jawaban belum pasti
Jangan kuatir nak , hadapi terus
Pasti kalimat ada jawabnya
Jangan ragu melangkah bersamaku
Karena buku temanku bercanda
Ku buka lembar yang berarti
Lantas ku tulis di awal sendiri
Begini rumus selesaikan tanya
Jangan bimbang nak, bersamaku
Mari bersama buka jendela ilmu
Agar esok penuh pasti
Menyambut hari yang terus berlari...






Laksana bayu

Kutantang awan yang berarak
Melaju di baris terdepan
Aku tak peduli
Kututup negatif penghambat langkah
Dan...ku biarkan
Kaki menuju istana siswa
Yang menanti pikir dan logika
Menyapa siswa dengan pasti
Menyambut bayu dengan obsesi




UAN

Wajah – wajah yang riang
Berganti tegang
Kala sang UAN menyapa
Duh gusti tak tega bunda menatap nanda
UAN bagaikan petir hentikan canda
Wahai nanda
Pelita bangsa
Tatap saja sang UAN
Jangan menunduk di tengah gelisah
Pakai saja rumus yang ku beri
Lumat saja UAN dengan logika
Karena UAN hanya untuk dipikir
Jangan pergi sebelum usai
Tulis indah di lembar jawab
Tebar senyum sambil di pikir
Jangan lantas bermuram muka




Nurani di antara kerja

Aku duduk di tengah gelisah
Ketika asa tak mampu terucap
Gemetar bibir menolak waktu
Tapi tak sanggup taklukkan
Perintah...
Aku malu lagi sekarang
Melihat awan mentertawakan diri
Bah .. engkau bangsat
Menggosok nurani disela kerja..
Bah kamu licik
Hanya mampu bersilat kata
Tunjukkan langkahmu
Di gelanggang prestasi
Jika memang sang pemberani
Jangan tatap
Jika tak mau
Jangan mencibir
Jika tak bisa
Engkau sang surya
Tapi tak lagi bersinar
Meminjak langkah
Tapi tak pasti
Usap saja keringatmu
Dengan malas takpernah usai...
Jangan tunjuk aku lagi...
Jika memang kamu tak mampu.

Sabtu, 21 November 2009

Pola paragraf

MENEMUKAN PARAGRAF BERPOLA DEDUKTIF

Paragraf adalah bagian dari telaah wacana dalam bahasa Indonesia.
Penalaran dalam paragraf sebuah wacana dapat berpola deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya umum menuju pernyataan khusus. Apabila diidentifikas secara terperinci, paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. letak kalimat utama di awal paragraf ,
b. diawali dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasankhusus

Untuk berlatih mengidentifikasi ciri teks deduktif, perhatikan contoh paragraf di bawah ini!

Terkadang aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Kawan-kawan berlatih dengan enak, bisa melepaskan semua pukulan. Sementara itu, bagiku untuk mengangkat tangan saja sudah susah. Ketika berlari, kedua tangan mereka bergoyang melambai menurut langkah,sementara bagiku mengangkat tangan kanan saja susah sekali. Tangan kananku terjatuh, begitu lariku baru 10 langkah. Angkat lagi, jatuh lagi dan angkat lagi, dan bukan tangan kananku saja yang sering jatuh, tetapi ikut juga airmataku. Menetes air mataku menahan sedih atas kondisi tanganku. Menetes airmataku menghadapi betapa beratnya beban tangan yang harus kuangkat. Airmata terjatuh bersama cucuran keringat, sehingga tak kentara untuk diketahui oleh kawan kawanku.

Jika dicermati paragraf di atas, kalimat manakah yang memuat ide pokok paragraf? Kalimat yang memuat ide pokok adalah kalimat pertama. Ide pokok itu adalah aku sangat sedih melihat diriku ketika berlatih. Ide pokok inilah yang dibicarakan dalam paragraf tersebut. Ide pokok ini dijelaskan atau diterangkan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Paragraf semacam itu disebut paragraf deduktif. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan mengemukakan kesimpulan secara umum dan diikuti oleh hal-hal khusus yang mendukung kesimpulan tersebut.

GURINDAM

Keterkaitan isi gurindam dengan kehidupan sehari-hari

Sekalipun gurindam termasuk karya sastra Melayu Lama, isinya masih sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Nilai-nilai yang terdapat dalam gurindam masih dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Artinya, kita dapat belajar dari nasihat-nasihat para pendahulu, seperti sastrawan Raja Ali Haji. Seandainya kita mau mengupas dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam 12 karya Raja Ali Haji dalam kehidupan zaman sekarang, tentulah kehidupan ini penuh kedamaian dan kemuliaan. Di era modern seperti sekarang ini, jika kita tidak berpegang pada nilai-nilai kebajikan, tentulah kita akan hancur terbawa arus modernisasi yang tanpa batasan.
Sebagai contoh keterkaitan nilai-nilai gurindam dengan kehidupan saat ini dapat kita baca ulasan gurindam berikut ini.

Mengupat dan memuji hendaklah berpikir
Di situlah banyak orang tergelincir


Bait gurindam di atas mengandung arti bahwa ketika kita ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain ( digunakan diksi mengumpat) hendaklah kita berpikir dahulu akan dampaknya. Demikian juga jika hendak mengungkapkan kata-kata yang bisa menyenangkan orang lain (digunakan diksi memuji), kita juga harus memikirkan juga akibatnya. Jika kedua hal tersebut dilakukan tanpa berpikir yang panjang maka banyak sekali orang yang akan menyesal atau merugi (Di situlah banyak orang tergelincir).
Jadi jelas isi gurindam tersebut sangat relevan dengan kehidupan dewasa ini. Di televisi banyak sekali berita yang menayangkan aksi demo di mana-mana. Para demonstran tersebut dengan tanpa berpikir panjang mengupat, mencaci bahkan tak jarang pula melakukan penghinaan dan akibat yang terjadi adalah perkelahian serta baku tembak yang merugikan banyak orang. Andaikan semua orang mengikuti nilai yang terkandung dalam gurindam di atas, tentulah rakyat dapat hidup damai dan saling menyayangi.

RPP Bahasa Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN




SEKOLAH : SMA NEGERI 01 GONDANGLEGI
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/PROGRAM : XII/IPA,IPS
SEMESTER : 2 (SATU)
ALOKASI WAKTU : 2 pertemuan (4 x 45 MENIT)

1. Standar Kompetensi (Berbicara)
14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama

2. Kompetensi Dasar
14.1. Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam

3. Indikator
• Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam
• Membacakan gurindam
• Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
• Membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam

4. Tujuan Pembelajaran
4.1. Siswa dapat mengidentifikasikan ciri-ciri gurindam
4.2. Siswa dapat membacakan gurindam
4.3. Siswa dapat mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
4.4. Siswa dapat membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam

5. Uraian Materi
Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Kalian pasti telah mengenal puisi? Pernahkah kalian berpikir bahwa dulu seorang sastrawan dalam membuat puisi harus selalu berpedoman pada aturan? Tentunya kalian sudah pernah membuat sebuah puisi, bukan? Apa yang ada di benak kalian dengan mudah kalian menuliskannya menjadi sebuah rangkaian kata yang indah dan selanjutnya kalian namakan dengan puisi. Penulisan puisi modern tidak harus terikat dengan aturan tetapi puisi lama harus patuh dan tunduk dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Salah satu puisi lama yang dalam penulisannya harus tunduk pada aturan adalah gurindam.

A.Mengenal gurindam
Gurindam? Barangkali kalian masih ingat dengan istilah tersebut. Gurindam adalah salah satu puisi lama. Kata gurindam sebenarnya berasal dari bahasa Tamil (India). Gurindam adalah karya sastra berbentuk puisi dua seuntai yang mengandung pelajaran atau nasehat dan berirama a-a. Meskipun berbentuk dalam dua larik, sebenarnya gurindam merupakan satu kalimat majemuk yang hubunganya sebagai anak dan induk kalimat serta menjalin makna sebab akibat antarkeduanya. Larik pertama merupakan ”syarat”, sedangkan larik kedua ”jawabannya”. Gurindam tidak dapat disambung-sambung seperti syair. Artinya, selesai satu gurindam, selesai juga maksud penyair.


B.Ciri-ciri gurindam
Pada bagian ini kalian akan belajar membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam.
Gurindam yang sangat terkenal adalah gurindam dua dua belas karya Raja Ali Haji. Gurindam tersebut hidup pada tahun 1844-1857. Gurindam dua belas terdiri atas 12 pasal. Perhatikan contoh-contoh gurindam dua belas berikut ini!

a. Kurang pikir, kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
b. Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
c. Siapa menggemari silang sengketa

Kelaknya pasti berduka cita

d. Apabila banyak mencela orang

Itulah tanda dirinya kurang

e. Hati-hati mencari kawan

Jangan-jangan menjadi lawan

f. Jika hendak mengenal orang berilmu

Bertanya dan belajar tidaklah jemu

Berdasarkan bentuk/isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut.

a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.


C. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam

Gurindam mengandung nilai-nilai kehidupan yang besar artinya bagi pembaca yang mau memahami secara mendalam. Nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam hampir sama dengan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra umumnya. Nilai-nilai dalam karya sastra adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari karya sastra yang bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberi hiburan atau yang dapat memanusiakan manusia sehingga berguna bagi manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kehidupan tersebut antara lain , nilai moral, sosial, religius, pendidikan atau edukatif,estetis, etika, politik, budaya dan nilai kemanusiaan.

Nilai moral
Yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak / budi pekerti/susila atau baik buruknya tingkah laku.

Nilai sosial/kemasyarakatan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang ada di dalam masyarakat.

Nilai religius/keagamaan
Yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama

Nilai pendidikan/edukatif
Yaitu nilai yang berkaitan dengan pengajaran atau pengubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa..


Perhatikan gurindam dibawah ini!

Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapaknya letih.

Nilai yang terkandung dalam bait gurindam di atas adalah nilai moral. Bait gurindam tersebut mengandung pelajaran, jika orang tua tidak mendidik anaknya dengan kebaikan maka orangtua akan merasa kesulitan dan mengalami kesusahan ketika anaknya dewasa nanti.

D. PESAN YANG TERKANDUNG DALAM GURINDAM

Setiap gurindam yang dibuat pasti mempunyai pesan dalam yang hendak disampaikan kepada penbacanya. Untuk itu kita harus cermat untuk memahami pesan yang disampaikan baik secara tersirat maupun tersurat. Perhatikan gurindam di bawah ini!

Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh jadikan obat

Apabila banyak berkata-kata
Disitulah maksudnya dusta

Tiga bait gurindam tersebut mengandung pesan yang cukup dalam. Pesan yang bisa kita ambil dari gurindam di atas adalah sebagai berikut.

Bait pertama : Mengandung pesan jika kita tidak pandai dan tidak memiliki banyak siasat dalam kehidupan ini, tentulah kita akan tersesat atau merugi.
Bait kedua : Mengandung pesan bahwa dalam hidup ini kita harus mempunyai banyak sahabat tetapi sahabat tersebut haruslah yang dapat membuat hati kita menjadi senang dan tenang, bukan sahabat yang membuat kita menjadi tidak baik atau hati tidak nyaman.
Bait ketiga : Mengandung pesan bahwa kita janganlah banyak berkata-kata atau bergunjing karena sebenarnya bergunjing itu banyak menimbulkan dusta.

6. Alat dan Media Pembelajaran
• LCD/Laptop
• Buku yang terkait dengan puisi lama

7. Langkah-Langkah Pembelajaran
7.1 Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal ( 15 menit)
• Guru menugaskan siswa untuk membaca kompetensi dasar, indikator yang ditampilkan melalui media audio visual(LCD/laptop) atau yang tertulis di buku materi (2 menit)
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator (3 menit).
• Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu tentang ciri-ciri dan nilai-nilai gurindam (10 menit).

Kegiatan Inti (70 menit)
• Siswa mencermati contoh gurindam yang disajikan guru pada layar LCD (kemampuan kesadaran diri dan mengali informasi).
• Guru membagi siswa di kelas menjadi beberapa kelompok diskusi (10 menit).
• Siswa yang telah dibentuk kelompok diskusi kecil mengindentifikasi ciri-ciri gurindam (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (10 menit)
• Masing-masing wakil kelompok membacakan gurindam di depan kelas dengan teknik bergantian berdasarkan bait (kecakapan hidup: mengali potensi diri)(15 menit).
• Siswa dalam kelompok diskusi kecil mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai serta pesan yang terdapat dalam gurindam yang di dengar (kecakapan hidup: mengali potensi diri dan berbicara) (35 menit).


Kegiatan Akhir (5 menit)
• Guru memberikan penegasan untuk kegiatan pada pertemuan kedua bahwa setiap kelompok harus menampilkan hasil pekerjaannya melalui media audio visual(LCD / laptop) (5 menit)

7.2 Pertemuan Kedua (2 x 45 menit)
Kegiatan Awal (10 menit)
• Guru menanyakan kesiapan masing-masing kelompok untuk menampilkan hasil diskusi kelompok ( 5 menit)
• Siswa mempersiapkan presentasi dengan media audio visual (LCD/Laptop)_(5 menit).
Kegiatan Inti
• Wakil kelompok bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompok dalam mengerjakan tugas (kecakapan hidup: kesadaran potensi diri, membaca, dan berbicara)_(30 menit)
• Siswa atau wakil kelompok secara bergantian memberikan tanggapan terhadap penyampaian hasil pekerjaan kelompok dengan disertai alasan yang logis (kecakapan hidup: berbicara, mendengarkan, dan berargumen)_(15 menit)
• Guru dan siswa bertanya-jawab tentang tanggapan yang diberikan siswa sampai menuju jawaban yang benar (kecakapan hidup: berbicara, berargumen, dan mengambil keputusan)_(10 menit)
• Siswa memperbaiki tugas yang belum sempurna sesuai dengan simpulan hasil diskusi bersama antarkelompok (10 menit)

Kegiatan Akhir (10 menit)
• Siswa menyimpulkan pembelajaran dan guru memberikan penegasan (kecakapan hidup: mengambil keputusan dan berbicara) (5 menit).
• Guru memberikan refleksi (5 menit)



8. Metode

Diskusi, demonstrasi dan pemberian tugas dengan pendekatan kontektual.

9. Penilaian
• Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung

• Guru menilai aspek pengetahuan berdasarkan fomat berikut:

No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Ketepatan mengidentifikasi ciri-ciri gurindam 1 - 5
2. Ketepatan menentukan nilai-nilai gurindam 1 - 5
3. Ketepatan menentukan pesan gurindam 1 - 5
Jumlah Skor Maksimal 15


Rumus nilai:





Guru menilai aspek keterampilan dengan format penilaian sebagai berikut:

No. Aspek yang Dinilai Skor Perolehan
Skor
1. Kemampuan membaca nyaring naskah gurindam:
- vokal / intonasi jelas / tepat
- vokal / intonasi kurang jelas / kurang tepat
- vokal / intonasi tidak jelas / tidak tepat
3
2
1
2. Kemampuan mengomunikasikan hasil diskusi:
- lancar
- kurang lancar
- tidak lancar
3
2
1
3. Kemampuan memberikan tanggapan dalam diskusi:
- tanggapan logis dan argumentatif
- tanggapan kurang logis dan kurang argumentatif
- tanggapan tidak logis dan tidak argumentatif
3
2
1
Jumlah 9


Rumus nilai:







Guru menilai aspek sikap dengan format penilaian sebagai berikut:

No. Pernyataan Skor
1. mendengarkan dengan serius
2. menanggapi permasalahan
3. mengerjakan tugas
4. mengemukakan pendapat
5. menghargai pendapat teman

Keterangan:

No. Aspek yang dinilai Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif
1. selalu 4 1
2. Sering 3 2
3. Jarang 2 3
4. tidak pernah 1 4

Rumus nilai:




80 % – 100 % = sangat positif
70 % – 79 % = positif
60 % – 69 % = kurang
< 60 % = sangat kurang


Refleksi
Format refleksi

Pertanyaan
ya tidak
1. Apakah kamu dapat dengan mudah menemukan ciri-ciri gurindam?
2. Apakah kamu bisa memahami kata-kata sulit dalam gurindam?
3. Dapatkah kamu menemukan pesan-pesan dalam gurindam dengan mudah?
4. Apakah kamu merasa kesulitan mencari nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam?
5. Apakah kamu setuju jika gurindam bersajak aa?
6. Apakah kamu menemukan hubungan sebab akibat dalam gurindam?
7. Benarkah menurutmu bahwa gurindam itu berisi nasihat?
8. Dapatkah kamu membaca gurindam dengan baik?
9. Apakah menurutmu membuat puisi itu sulit?
10. Apakah kamu menemukan kesulitan dalam mendiskusikan gurindam?



Jika jawaban tidak hanya terdapat pada nomer 4, 9 dan 10 maka kamu telah berhasil menganalisis ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam dengan baik. Selamat kalian telah berhasil mempelajari gurindam!

10. Soal

Bacalah gurindam berikut ini!

Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

Apabila banyak berkata-kata
Disitulah jalan masuknya dusta

Apabila banyak gelak ketawa
Itulah tanda hampirkan duka

Perbuatan baik serta mulia
Lebih berharga dari harta benda

Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa

Kalau mulut tajam dan kasar
Dapat ditimpa bahaya besar





1. Indentifikasikan ciri-ciri gurindam di atas! (skor 5)
2. Nilai-nilai apakah yang terdapat pada gurindam di atas? Berikan buktinya! (skor 5)
3. Pesan-pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca lewat gurindam tersebut?( skor 5)

Kunci

1. a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.

2. Nilal Moral
• Bait 1
• Bait 3
• Bait 4
• Bait 5
• Bait 6
• Bait 7
Nilai Sosial
• Bait 2

3 Pesan yang terdapat pada gurindam di atas adalah sebagai berikut.
• Bait 1: Banyaklah berpikir maka kita tidak akan menemukan keberhasilan
• Bait 2: Dalam hidup kita sebaiknya mencari sahabat agar kita dapat menemukan tempat untuk memecahkan suatu masalah.
• Bait 3: Janganlah kita banyak bicara yang tidak bermanfaat karena di dalamnya akan banyak kebohongan.
• Bait 4: Janganlah banyak tertawa dan bersenang-senang yang berlebihan karena mungkin itu awal dari kedukaan.
• Bait 5: Banyaklah berbuat baik karena sesungguhnya itu lebih berharga daripada harta yang banyak.
• Bait 6: Sebaiknya jika kita hendak berbicara harus dipikirkan lebih dahulu agar tidak terjaadi kesalah pahaman dan permusuhan.
• Bait 7: Janganlah berbicara terlalu kasar karena kita akan dijauhi oleh orang lain dan mendapat banyak bahaya besar.


11.Referensi
• Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI Program Bahasa. Jakarta: Yudistira. Hal 175 - 178.
• Sastromiharjo, Andoyo. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII. Jakarta: Yudistira. Hal 145 - 147.
• Rohmadi, Muhammad, Yuli Kusumawati. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMA/MA kelas XII Program IPA/IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas. Hal 84 – 87.
• Koneksi internet: http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/karya-sastra/




11.Analisis Hasil Belajar dan Program Tindak Lanjut
a. Pengayaan
Siswa yang sudah tuntas atau sudah mencapai standar kompetensi belajar minimal (SKBM) yang telah ditentukan, diberikan tugas untuk mencari contoh gurindam yang lain dan menganalisis ciri-ciri, nilai dan pesan dalam gurindam.

b. Remidial
Siswa diberikan remidial sesuai indikator yang belum tuntas (belum mencapai SKBM).

puisiku

Kapal menyimpan tanya

Kapal membawa sejuta kata
Tentang Tanya yang belum terucap
Ombak mengulung resah
Kapal terbawa hingga ke tengah
Merasa ada gelisah
Mencari jawab pada karang tak bertuan
Adakah awan dapat rasakan kapal membawa asmara?
Layar terkembang menantang samudra
Camar teriakan gelora rindu
Adakah gemuruh angin mendengar itu?
Atau hanya diam tak lagi bertegur
Bersatu dengan awan
laut tersenyum mengundang mesra
mungkin itu……
Harap kapal pada alam

November 2009


kapalku karam

kabut menyelimuti lautan sepi
senja datang menyapa pantai
berdiri diantara pohon tak bergerak
kapal-kapal telah merapat
layar tak lagi terbuka
ada yang tertinggal dalam pengembaraan
seuntai harap yang terpendam karang
kapalku terasa karam
bagaimana kembali berlayar?
sedang hatiku masih tertinggal di tengah samudra
kapalku tinggal serpian sampah
padahal pengembaraanku belum usai
teriakanku terpendam sudah
dan kapalku hanya diam

November 2009

Kutunggu hari itu

kutunggu hari dimana aku kan bersamamu
kuhitung waktu yang terasa lama
aku tak tahu apa yang kulakukan nanti
tersenyumkah?
atau kutatap dirimu dalam-dalam?
atau kugenggap tanganmu erat-erat?
agar kau tak jauh dariku.
mungkin kuawali dengan senyum saja
lantas kutatap wajahmu yang selalu mengusikku
terus kukatakan "begitu lamanya aku menunggumu?"
kuharap kau tersenyum padaku
dan kau katakan "aku rindu padamu"
akankah hari itu kan jadi milikku?
kau duduk sampingku dan memandang diriku
akankah waktu itu datang padaku?
atau hanya impianku saja?

November 2009


AKU INGIN BERLARI

Mungkin aku harus berlari
Dari bayangmu yang sesaat
Mungkin aku harus pergi
Dari sajakmu yang menyentuh kalbuku
Aku bukan yang dulu lagi
Aku tak mau selemah ini
Yang terus terperangkap bayangmu
Aku ingin pergi
Mungkin itu yang terbaik
Untuk memulai hidupku tanpamu
Aku takkan kembali
Mengingatkau dengan seluruh
Satu ucapku...
Biarlah semua berlalu....

November 2009


Stasiun masih sunyi

Peron masih berselimut kabut
Pagi menggigil diterkam sunyi
Stasiun kota lama menyanyi sedih
Hanya tinggal perempuan muda menatap mendung
Lara
Kecewa
Marah
Rindu
Entah tak tahu


25 Januari 2007


KEMBALI

Aku ingin kembali pulang
Tapi stasiun masih terkunci
Kembali diri terhempas
Terkurung diantara bangku-bangku bisu
Sepi
Sunyi
Kuketuk loket penjaga stasiun
Semua galak
Aku terpelanting lagi
Diantara ilusi yang ditinggal mentari

29 Januari 2007


SELENDANG KABUT

Tebaran kabut berselendang duka
Mengalun lembut mengusik lara
Tertata dan terurai menyelimuti sudut hati
Terusik duri yang enggan menyisih

Tengadah menatap cakrawala diri
Bergerak gelap mengisi setiap aliran nafas
Mengembara dalam tetesan nafsu
Bergejolak menerkam jiwa
Tiada dapat menepis gelap dalam tubuh
Mengusir mimpi tanpa daya

Terbangun dan kusebut satu kata
Yang maha segala dari segala
Kutatap batas antara ilusi dan asma Nya
Kutangkap terikan damai lewat kasih-Mu
Kukejar nyata yang semakin pasti
Diri ingin tengelam dalam selendang panjang
Yang terbentang mengurai kesejukan rahmad-Mu.
28 Maret 2009


LIHAT AKU DIK

Lihat aku dik
Karena aku masih melihatmu
Tersenyum dibalik malam
Engkau ada dik
Dalam ilusi dan anganku

Aku lihat dik
Bibir manismu terukir
Dibalik pucat wajahmu
Dan di antara kabut matamu

Lihat aku dik
Karena aku masih rasakan
Harap dan asamu
Yang tergadai

Jangan lagi lihat aku dik
Karena aku sedih
Melihat kau terbang bersama duka


5 April 2007


CEMAS

Aku teriak
Kala dirimu tak datang
Aku cemas kala pagi
Tak memberi kabar
Aku susuri rel kereta di batas peron
Aku lihat kau di dibalik kabut
Ku panggil kau, dik
Dengan setengah isakku
Kau terkurung di antara gerbong kereta
Aku kejar, dik
Tapi kau lari
Bersama malaikat penjagamu
Aku sedih dik
Aku tersungkur
Maut itu tak lagi ramah padamu
Membawamu terbang jauh dariku
Aku panggil dik
Seuntai nama indahmu
Meski engkau tak lagi tahu dukaku

5 April 2007



MASINIS

Asap kereta bergelut maut
Masinis tertunduk
Gemetar
Gelisah
Menyesal
Kenapa kereta tak mau kompromi
Melihat gadis di balik lorong
Menantang
Menyapa masinis dengan sinis
Mengapa rel tak diputus saja
Agar kereta tak lagi melaju
Mengapa penumpang harus antre
Memadati peron stasiun
Andai kereta tak pernah ada
Mungkin masinis berlapang dada
Hingga sang jelita tak lagi luka

6 Juni 2007