Minggu, 22 November 2009

puisi tentang aku dan kerjaku

Sang Juara


Berbaris di tengah kawan
Aku pilih yang paling depan
Karena di depan letak sang juara
Aku tak suka menutup barisan
Karena tempat sang pecundang
Berdiri kokoh
Tak kenal lelah
Bersama pelita harapan bangsa

Tugas kuemban tak kenal putus
Tata terbaik tinggalkan salah
Karena diriku harus juara
Meski kawan duduk bersandar
Aku lari menjemput waktu
Bersama pelita pembangun bangsa
Ayo kejar mentari pagi
Dengan penuh semangat baja
Buka buku tuliskan dunia
Bersamaku sang juara


Pecundang


Lempar saja kata tak berguna
Simpan saja dalam kaos kaki basi
Tempat sepatu beralas debu
Tancapkan makna hidup
Di balik kalbu
Tanam diantara lorong nadi
Agar pecundang berhenti

Pecundang tak pernah berani
Memakai logika dan hati nurani
Pecundang hanya bisa berkata bohong
Tanpa berani menunjukan prestasi
Sobek saja kamus pecundang
Jangan tulis di kertas putih
Hapus saja dengan penghapus yang paling mahal
Biar pecundang tak merasuk hati



Jangan Bimbang

Kugeluti rumus bermakna
Kucari solusi pecahkan kalimat
Esok menanti pelita bangsa
Waktu tak pernah berhenti
Kala jawaban belum pasti
Jangan kuatir nak , hadapi terus
Pasti kalimat ada jawabnya
Jangan ragu melangkah bersamaku
Karena buku temanku bercanda
Ku buka lembar yang berarti
Lantas ku tulis di awal sendiri
Begini rumus selesaikan tanya
Jangan bimbang nak, bersamaku
Mari bersama buka jendela ilmu
Agar esok penuh pasti
Menyambut hari yang terus berlari...






Laksana bayu

Kutantang awan yang berarak
Melaju di baris terdepan
Aku tak peduli
Kututup negatif penghambat langkah
Dan...ku biarkan
Kaki menuju istana siswa
Yang menanti pikir dan logika
Menyapa siswa dengan pasti
Menyambut bayu dengan obsesi




UAN

Wajah – wajah yang riang
Berganti tegang
Kala sang UAN menyapa
Duh gusti tak tega bunda menatap nanda
UAN bagaikan petir hentikan canda
Wahai nanda
Pelita bangsa
Tatap saja sang UAN
Jangan menunduk di tengah gelisah
Pakai saja rumus yang ku beri
Lumat saja UAN dengan logika
Karena UAN hanya untuk dipikir
Jangan pergi sebelum usai
Tulis indah di lembar jawab
Tebar senyum sambil di pikir
Jangan lantas bermuram muka




Nurani di antara kerja

Aku duduk di tengah gelisah
Ketika asa tak mampu terucap
Gemetar bibir menolak waktu
Tapi tak sanggup taklukkan
Perintah...
Aku malu lagi sekarang
Melihat awan mentertawakan diri
Bah .. engkau bangsat
Menggosok nurani disela kerja..
Bah kamu licik
Hanya mampu bersilat kata
Tunjukkan langkahmu
Di gelanggang prestasi
Jika memang sang pemberani
Jangan tatap
Jika tak mau
Jangan mencibir
Jika tak bisa
Engkau sang surya
Tapi tak lagi bersinar
Meminjak langkah
Tapi tak pasti
Usap saja keringatmu
Dengan malas takpernah usai...
Jangan tunjuk aku lagi...
Jika memang kamu tak mampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar